BNPT dan FKPT Sulbar Ajak Semua Pihak Mencegah Paham Radikalisme

Mamuju, Sulbar20 Dilihat

2enam.com, Mamuju,  Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) bersama Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) Provinsi Sulawesi Barat menyelenggarakan kegiatan penguatan Aparatur Kelurahan dan Desa dalam pencegahan terorisme, Kamis (15/3/18) di Hotel d’Maleo, Mamuju.

Kegiatan yang dibuka langsung oleh Sekretaris FKPT Provinsi Sulawesi Barat, Ashari Rauf, juga dihadiri oleh Kasubdit Pengamanan Lingkungan BNPT Rahmad Suhendro dan Kepala Pusat Penelitian Sumber Daya Regional LIPI, Ganewati Wuryandari.

Hadir juga Kepala Badan Kesbangpol Mamuju Muhammad Yani, perwakilan Polda Sulbar, perwakilan Danrem 142 Tatag, perwakilan Kabinda Sulbar, perwakilan Kodim 1418 Mamuju, dan peserta dari Kepala Desa, Bhabinkamtibmas, Babinsa dan sejumlah kalangan lainnya.

Sekretaris FKPT Provinsi Sulbar, Ashari Rauf dalam sambutannya menyampaikan, persoalan radikalisme dan terorisme yang terjadi di berbagai daerah di Indonesia bukan hal yang baru.

Hingga kini, menurutnya, paham-paham radikalisme yang mengarah pada tindakan terorisme masih tetap berpotensi terjadi di sejumlah wilayah di Indonesia, termasuk di Sulawesi Barat.

“Jangan kira Sulbar adem-adem saja dan menganggap paham radikal tidak ada di sini. Sulbar sebagai wilayah yang diapit oleh 3 Provinsi, seperti Kalimantan, Sulawesi Selatan dan Sulawesi Tengah, juga dinilai menjadi berpotensi, apalagi menjadi lintasan bagi kelompok radikal itu sendiri,” sebut Ashari.

Dia juga menyebtukan, sesuai penjelasan mantan pelaku terorisme, Ali Fauzi, Provinsi Sulawesi Barat merupakan daerah lintasan mereka untuk mendistribusi dan membawa senjata menuju Poso, Sulawesi Tengah.

“Pengakuannya pernah melewati daerah kita ini. Itu berarti dengan mudah Sulawesi Barat ini menjadi jalur bagi mereka. Sehingga hal ini harus diantisipasi sedini mungkin,” katanya.

Hal lain, tambah Sekretaris Pimpinan Cabang Gerakan Pemuda (GP) Ansor Kabupaten Mamuju ini, meskipun salah satu ormas telah resmi dibubarkan oleh Pemerintah, namun paham dari Ormas tersebut masih tetap eksis dan diduga intens mendistribusi buletin di masjid-masjid.

“Salah satu yang kami temukan beberapa waktu lalu pada saat shalat Jumat adalah menemukan selebaran yang diedarkan di masjid-masjid. Dalam isinya terdapat adanya hal-hal seperti ajakan Khilafah dan sebagainya. Sehingga ini dikhawatirkan terus berkembang dan menyuci otak masyarakat Islam kita,” jelas Ashari.

Ashari berharap, sinerji dari semua pihak utamanya pemerintah desa, para Babinsa, Bhabinkamtibmas, tokoh masyarakat, tokoh agama harus terus ditingkatkan dan dijaga. Hal itu perlu, agar paham radikal dan terorisme dapat dicegah secara bersama.

“Pemerintah desa dan semua unsur terkait tentu menjadi ujung tombak di masyarakat bagaimana membangun persepsi, keadaan dan pandangan agar paham-paham yang mengganggu integritas dan persatuan kita dapat kita cegah dan lawan secara bersama. Mari kita bangun komitmen dan kebersamaan kepada semua pihak,” kunci Ashari.

Selain itu, lanjut dia, kearifan lokal dan tradisi masyarakat senantiasa didorong untuk dilestarikan, utamanya petuah-petuah lokal di tanah Sulawesi Barat.

“Kekuatan kita di Mandar ini adalah kearifan lokal atau budaya kita. Kalau budaya kita terus dijaga, sesungguhnya ini bisa menangkal paham radikalisme. Paham radikal itu akan sulit menembus kekuatan local wisdom masyarakat kita,” ujarnya. (HUMAS FKPT*).

Komentar