Usia Bukan Jaminan Menurut Caleg Muda Gerindra ini

2enam.com, Pasangkayu : Integritas dan kualitas pemuda diperhelatan Pemilihan Legislatif (Pileg) 2019 masih diragukan. Pasalnya, usia yang masih cukup muda menjadi alasan.

Pemilihan Legislatif (Pileg) 2019 kali ini, sangat ramai diikuti dari kalangan pemuda (!) dan boleh dikata semua partai politik memiliki calon legislatif (caleg) dari kalangan pemuda atau usia yang masih cukup muda. Bahkan ironisnya sampai melekat istilah caleg “cabe-cabean”.

Diragukanya caleg muda berdasarkan kekuatiran masyarakat, yang menganggap pengalaman para caleg muda belum memadai untuk terjun dipanggung politik.

Menyikapi hal teraebut, salah satu caleg muda dari Partai Gerindra Dapil 4 Kecamatan Baras, Bukutaba dan Lariang, Kabupaten Pasangkayu, Jaenuri.H, S.Sos, mengaku tak mempermasalahkan penilaian ataupun keraguan masyarakat terhadap caleg-caleg muda.

“Saya kira penilaian seperti itu wajar-wajar saja, ya namanya juga kuatir kalau harapan dan kepercayaan masyarakat tak diemban dengan sebaik-baiknya. Jadi persepsi itu tidak salah,” kata pria yang akrab disapa Heri itu, Sabtu (19/01/19).

Namun bagi dia, usia bukanlah jaminan atas kemampuan seseorang dalam mengemban tanggung jawab dan amanah.”Begini, usia itu bukan jaminan seseorang ia mampu atau tidaknya, walaupun ia muda tapi memiliki potensi, kualitas, kapasitas saya kira ia bisa jauh lebih baik dari seseorang yang usianya jauh lebih tua,” ungkapnya.

“Ya toh, kita lihat saat ini, wakil-wakil rakyat kita usianya cukup ideal tapi rakyat juga dibuat kecewa kan. Jadi sudah cukup jelas usia bukanlah jaminan, kalau usia menjadi alasan, kapan itu pemuda yang punya potensi dan keinginannya memperbaiki daerahnya bisa terwujud,” sambungnya.

Mantan Redaktur Media Harian Rakyat Sulbar (Fajar Goub) itu, mengaku juga pernah dianggap bakal tidak mampu mengemban amanah karena faktor usianya.

“Usia saya memasuki 29 tahun, jadi tidak muda-muda amat toh. Tapi itu soal biasa, ya saya anggap dia belum mengenali saya dengan baiklah. Jadi bukan masalah, karena saya maju itu berkat dorongan banyak pihak yang kemudian saya pertimbangkan,” bebernya.

Saat ditanya tentang pengalamannya sejauh ini sebelum terjun ke panggung politik, Jaenuri yang juga Wakil Sekretaris Gerakan Pemuda Ansor Provinsi Sulawesi Barat (Sulbar) sampai saat ini menuturkan, dirinya telah memiliki pertimbangan yang matang sebelum menyatakan sikap maju sebagai caleg di Partai Gerindra.

“Sebelum saya menyelesaikan studi S1 saya di Universitas Al-asy’ariah Mandar (UNASMAN) saya sudah ditawari bergabung sebagai perintis Koran Harian Rakyat Sulbar (Groub Fajar) 2013, itu koran politik pertama di Sulbar. Proses karir saya disitu terus naik dari reporter, redaktur pelaksana, pimpinan redaksi hingga manejer iklan. Di 2016 saya istirahat dari Koran Harian Rakyat Sulbar, saya bersama teman-teman mendirikan satu perusahaan penerbitan media, kami bisa berjalan itu berkat pola komunikasi kami dengan mitra kerja. Saya menyadari ini belum ada apa-apanya, dibandingkan mengabdi sebagai wakil rakyat, tapi saya kira dari pengalaman itu saya belajar cepat dan sedikit tahulah tentang tugas dan fungsi sebagai anggota dewan,” terangnya.

Meski ia pun menyadari menjadi wakil rakyat tak mudah.”Tidak mudahnya yaitu mendapat kepercayaan masyarakat, dan menjaga kepercayaan setelah kita duduk. Jadi saya tegaskan kembali, usia bukanlah jaminan, asal jangan setelah duduk jadi anggota dewan kerjanya hanya duduk, diam, dengar (3D), ya pasti masyarakat akan kecewa karena ada aspirasi yang harus kita kawal dan perjuangkan,” tandasnya. (74b*)

Komentar