2enam.com, Mamuju – Khawatir akan keadaan anaknya yang telah melalui dua (2) kali operasi H. Surasman rujuk paksa anaknya ke RSU Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar, Senin (05/03/18).
Hal tersebut harus dialami oleh Naura bocah yang masih berusia tujuh (7) tahun yang dirujuk ke RSUD Kabupaten Mamuju sejak Sabtu (03/03/18) tersebut harus melalui operasi bedah pada bagian pangkal paha dan leher mencari urat untuk diinfus.
H. Surasman menuturkan, menurut pengakuan dokter yang menangani Naura, penyakit yang diderita anaknya tidak dapat dideteksi, sebab tidak dapat menemukan urat untuk dipasangi infus sehingga operasi tersebut harus dilakukan.
Orang tua Naura yang merasa khawatir akan keadaan anaknya karena ketidak mampuan dokter RSUD Kabupaten Mamuju dalam menangani anaknya meminta agara Naura dirujuk ke RSUD Dr. Wahidin Sudirohusodo agar dapat ditangani dengan tepat.
Menurut pengakuan H. Surasman yang dihubungi melalu Whatsapp Massenger, niat tersebut sempat dihalangi oleh dokter yang menangani Naura, dengan alasan Naura harus diinfus terlebih dahulu sebelum di rujuk. Namun hal tersebut tidak menghalanginya demi keselamatan anaknya.
“Meskipun tanpa di infus dan mendapat surat rujukan dari RSUD Mamuju, saya terpaksa membawa Naura ke RS Wahidin Makassar untuk mendapatkan perawatan yang intensif,” tuturnya dengan rasa khawatir.
Menurut pengakuan orang tua Naura, setelah dirujuk ke RSUD Dr. Wahidin Sudirohusodo ternyata Naura menderita penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) dan Demam Tipoid (Tipes).
Dia juga menuturkan, menurut dokter RSUD Dr. Wahidin Sudirohusodo luka pada leher pasien sangat berbahaya, karena jarum yang digunakan adalah jarum besar, bukan jarum kecil untuk anak-anak. Bahkan Dokter di Rumah Sakit tersebut mengatakan, jika terlambat beberapa menit saja, pasien bisa berakibat fatal krena kondisinya sangat lemah.
Menyikapi hal tersebut, Anggota DPRD Mamuju Masramjaya, yang juga keluarga pasien mengatakan, pihaknya sangat prihatin dengan apa yang dilakukan oleh oknum dokter di RSUD Mamuju, bukan menyembuhkan pasien, tapi bisa berakibat fatal pada pasien, apalagi anak-anak.
“Dua kali masuk meja operasi, saya kira harus ada penjelasan dari pihak dokter dan rumah sakit atas pelayanan pihak rumah sakit daerah,” katanya.
Masram juga mempertanyakan apakah keilmuan oknum dokter yang tidak memadai atau peralatan di RSUD yang tidak menunjang.
“Kasian pasien, karena ada mungkin lebih dari 10 kali ditusuk tanganya untuk cari uratnya, namun tidak di dapat. Akhirnya masuk meja operasi dibelah di bagian selengkangan dekat kemaluan dan leher, masih juga tidak di temukan,” ujarnya.
Pihaknya meminta kepada pihak RSUD Mamuju untuk meminta penjelasan dari oknum dokter yang menangani Naura, jika memang oknum dokter tersebut memiliki keterbatasan ilmu pengetahuan, harus segera di ganti sebelum ada korban.
Sementara saat dikonfirmasi menganai hal tersebut, bagian seksi keperawatan RSUD Mamuju, Hermin mengatakan,
“Memang pasien atas nama Naura awalnya masuk di UGD kemarin dulu karena DBD, dan sempat dimasukkan di ICU untuk dilakukan penginfusan, dan menurut petugas anastesi, sudah empat kali dilakukan upaya penginfusan tapi tidak berhasil,” ujarnya.
Kemudian ia berdalih, kemungkinan besar pasien Naura ini sebelum masuk rumah sakit, dia kekurangan cairan sehingga anak ini pada saat dilakukan penginfusan tidak dapat menerima cairan. Sempat bagian kakinya dibedah untuk dimasukkan jarum infus tetapi karena anak ini goyang akhirnya jarum infusnya terlepas lagi.
“Soal kenapa pihak keluarganya melakukan rujukan ke rumah sakit wahidin makassar karena orang tuanya mungkin khawatir sehingga anaknya dikeluarkan di rumah sakit mamuju dan merujuknya kemakassar,” tutupnya.(74b*)
Komentar