2enam.com : Salah satu hal terpenting yang perlu syukuri adalah allah memberikan kita pembeda dari makhluk ciptaan lainnya. Salah satu perbedaan dengan makhluk ciptaan allah yang lain ialah akal pikiran. Dengan adanya akal pikiran, allah memberikan kita keistimewahan dan menempatkan manusia pada kedudukan yang jauh lebih tinggi dari makhluk allah yang lainnya.
Adanya akal pikiran, kita mampu membedakan benar dan salah, yang halal dan haram.
M. Yunus S.B menjelaskan dalam bukunya “Mindset Revulation” bahwa otak merupakan salah satu fungsi tubuh, yang termasuk mengendalikan perilaku manusia seperi makan, tidur, denyut jantung, suhu tubuh, sampai dengan mengatur aktivitas paling canggih yaitu berpikir dan menciptakan ide-ide yang baru.
Dari penjelasan diatas dapat kita simpulkan bahwa otak merupakan salah satu organ tubuh yang sangat canggih yang telah allah berikan kepada manusia itu sendiri. Saking canggihnya organ otak manusia terdapat dua sel yang memiliki fungsi sangat penting, yaitu neuron dan sel glia yang berfungsi untuk menyusun otak. Sel neuron berfungsi mengolah dan menyimpan informasi yang kita dapatkan, sel neuron bekerja sama dengan bagian otak secara keseluruhan.
Allah telah memberikan kita otak dan akal pikiran sebagai sarana untuk memberikan ide-ide dan gagasan yang baik dalam mencapai cita-cita kita. Pendek kata, salah satu hal terpenting otak adalah sebagai sumber kekuatan yang melahirkan pikiran. Pada otaklah tempat bersemayam akal, dan akallah pusatnya pemikiran-pemikiran.
Akal merupakan pondasi pertama yang allah titipkan kepada manusia untuk digunakan mengenal sesama manusia itu sendiri. Dengan adanya akal pikiran pula, allah menjadikan kita sebagai satu-satunya makhluk yang beradab dan bermartabat.
Dalam satu riwayat shahih, disebutkan bahwa Rasulullah saw, bersabda : Sesungguhnya yang pertama kali diciptakan allah adalah akal. Setelah akal tecipta, Allah berfirman kepadanya, ‘menghadaplah’ Maka akal segera menghadap. Allah kemudian berfirman, ‘membelakanglah’. Maka akal segera membelakangi Allah.
Kemudian Allah berfirman, “Sesungguhnya engkau (akal) adalah kemulian dan keagunan-Ku. Aku tidak menciptakan suatu makhluk pun yang lebih kuat daripadamu. Denganmu (akal) aku akan memberi, denganmu akan menghitung, dan denganmu aku akan memberikan hukuman”.(HR. Muslim)
Dari hadist di atas, kita dapat mengetahui bahwa Allah menjadikan akal pikiran sebagai makhluk-Nya yang paling kuat. Akal juga bisa menjadikan manusia lebih tinggi dan lebih rendah/hina di hadapan manusia.
Kapan akal pikiran manusia tinggi derajatnya ?
Tentu saja ketika kita mampu menggunakan akal pikiran kita sesuai dengan aturan atau nilai-nilai agama yang telah Allah tentukan atau dengan kata lain ketika kita sudah mampu menempatkan akal pikiran kita pada kedudukan yang lebih tinggi dibanding hawa nafsu.
Seseorang bisa disebut beralakal jika mampu mengikat atau mengendalikan hawa nafsunya, dengan menggunakan akalnya untuk tidak menguasai dirinya dari perbuatan yang bertentangan aturan syariat Islam.
Lalu, kapan akal pikiran manusia lebih hina dari binatang ?
Adapun seseorang yang hina dari binatang adalah seseorang yang tidak dapat menggunakan akal pikirannya untuk membaca ayat-ayat Allah. Pendek kata, seseorang yang tidak bisa menggunakan akal pikirannya untuk mengikat hawa nafsunya, tidak dapat dikatakan sebagai orang yang berakal karena dia tidak dapat mengendalikan dirinya.
Orang-orang semacam inilah yang diancam oleh Allah dengan siksaan.
وَمَا كَانَ لِنَفْسٍ أَن تُؤْمِنَ إِلَّا بِإِذْنِ ٱللَّهِ ۚ وَيَجْعَلُ ٱلرِّجْسَ عَلَى ٱلَّذِينَ لَا يَعْقِلُونَ
Terjemahannya : Dan tidak ada seorangpun akan beriman kecuali dengan izin Allah; dan Allah menimpakan kemurkaan kepada orang-orang yang tidak mempergunakan akalnya.
Akal dapat diibaratkan sebagai pisau. Jika pisau sering kita asah maka otomatis pisau makin tajam. Begitupula dengan akal pikiran kita. Makin sering kita mengasah otak kita, makin tajam pula akal pikiran kita. Nah, salah satu cara mengasah otak kita adalah dengan rajin membaca buku dan dan memikirkan tanda-tanda kebesaran Allah yang ada disekeliling kita.
Makin sering kita menggunakan akal untuk belajar dan membaca tanda-tanda kebesaran Allah, makin bertambah ilmu dan wawasan kita, sehingga kita dapat melahirkan ide-de yang cerdas dan bijaksana.
Potensi akal yang kita gunakan dengan cara baik akan menghasilkan pemikian yang jenius dan cerdas. Karena salah satu yang bisa merubah peradaban dunia adalah ilmu.
Oleh karena itu, untuk membentuk pola pikir yang ideal tidaklah instan, tetapi kita harus keluar dari zona nyaman atau dengan kata lain, kita harus memiliki semangat belajar. Sebab, dengan belajar mengajak pikiran kita untuk terus mencari informasi.
Belajar juga salah satu cara yang efektif untuk mengembangkan ilmu-ilmu yang kita miliki. Sebaliknya, ilmu yang mengalir akan memberikan banyak manfaat, baik kepada diri kita maupun orang lain.
Ketika kita mampu mengasah otak dengan belajar akan mampu melahirkan pola pikir yang positif.
Dan pola pikir yang positif akan berdampak pada pikiran kita. Contohnya, selama ini kita mungkin meyakini bahwa kehidupan ini sangatlah keras tanpa berjuang. Nah, dengan paradigma tersebut akan mampu melahirkan pikiran positif untuk menggerakkan seluruh kekuatan kita dalam mewujudkan cita-cita kita melalui tindakan yang nyata.
Kesimpulannya, apa yang ada di pikiran kita, itulah yang akan kita lakukan. Itu artinya pola pikirlah yang mempengaruhi perilaku kita, itulah yang akan menjadi energi baru buat kita dalam menggerakan diri kita melakukan sesuai yang ada dalam pikiran kita. Jika selama ini kita mengisi otak kita dengan hal-hal yang positif, maka hasil pola pikir kita akan melahirkan hal yang positif, begitupula sebaliknya.
Inilah saatnya kita menentukan pilihan kita masing-masing. Terserah kita, mau memilih yang mana positif dan negativ. Toh, kita sendiri yang akan menerima akibat dari keputusan yang telah kita lakukan hari ini. Namun, ingatlah bahwa kita adalah perancang masa depan kita. Oleh karena itu, benahila diri kita dengan hal yang positif untuk menentukan pilihan demi masa depan yang lebih baik.
Penulis
Muh. Juzwadi sam
Mahasiswa S2 IAIN PAREPARE
Komentar