Sutinah Terinspirasi Lihat “Kampung” Pengungsian Sumare

Mamuju, Sulbar18 Dilihat

2enam.com, Mamuju : Memimpin penyaluran bantuan hasil kolaborasi pemerintah daerah bersama Baznas kabupaten mamuju didukung kementerian Sosial dan sejumlah stakeholders terkait, Bupati mamuju Hj.Sitti Sutinah Suhardi menyisir sejumlah titik pengungsian di wilayah kecamatan simboro sebagai salah satu wilayah yang juga terdampak bencana gempa bumi yang terjadi 8 juni 2022.

Bupati yang membawa sejumlah kebutuhan pokok, mulai dari makanan instan, beras, air hingga kebutuhan bayi disambut antusias oleh sejumlah warga penyintas gempa. Namun yang menarik di desa sumare ada hal justru mengejutkan bupati dan mendapat atensi khusus pimpinan daerah. adalah “kampung” pengungsian yang terletak tidak jauh dari pemukiman warga yang menarik perhatian Sutinah Suhardi, Pasalnya alih-alih menggunakan tenda plastik layaknya tempat mengungsi yang didirikan di tempat lain, warga desa sumare justru secara mandiri membangun rumah-rumah atau pondokan kayu sederhana dengan posisi vertikal membentuk perkampungan di atas perbukitan sumare.

Ini sangat menginspirasi ya, bagaimana masyarakat Sumare telah melakukan langkah mandiri mitigasi bencana dengan “kampung” Pengungsian yang seperti ini, tentu ini akan saya sampaikan kepada OPD terkait dan kita juga akan mengedukasi pemerintah desa dan kelurahan untuk bisa juga membuat yang seperti ini, agar jika sewaktu-waktu terjadi bencana masyarakat sudah tahu harus mengamankan diri kemana, jadi mereka tidak lagi repot mendirikan tenda yang pasti akan lebih mudah rusak dan panas, sebab sudah ada pondok yang siap menampung mereka dalam situasi bencana, ungkap Sutinah usai menyaksikan sendiri kampung pengungsian Sumare. Untuk membantu warga yang saat ini masih berada di tempat itu, bupati berjanji akan berupaya membangun sarana MCK demi kenyamanan ratusan warga yang menempati kampung pengungsian yang ternyata telah dibangun warga sejak gempa tahun 2021 silam.

Salah seorang warga bernama Sonnang yang juga terlihat menempati salah satu pondok bersama tiga kepala keluarga lainnya, mengaku, dirinya bersama warga lainnya bahu-membahu mengumpulkan sisa bangunan yang rusak terdampak gempa utamanya material kayu sebagai bahan utama pembangunan pondokan, lalu dibangun masing-masing warga sebagai tempat pengungsian, dan pada akhirnya upaya itu juga diikuti oleh banyak warga di desa sumare, sehingga kampung pengungsian yang pertamakali dibangun oleh Condro Budoyo, AR, selaku penjabat kepala desa saat itu, sekarang telah berjumlah 50 pondok dan dapat menampung masing-masing 3 sampai 4 kepala keluarga di masing-masing pondok yang berukuran rata-rata 4×5 meter tersebut.

Oleh bupati mamuju, Sutinah Suhardi, mengharapkan “kampung” Pengungsi ini nantinya tidak hanya digunakan dalam menghadapi kondisi bencana, ia menilai lokasi pengungsian yang cukup tinggi dapat dikembangkan menjadi areal wisata edukasi mitigasi bencana, maupun tempat hiburan disaat senggang bersama keluarga.

Rls

Komentar