2enam.com, Mamuju : Karantina Pertanian Sulbar bersama Pemprov Sulbar menggelar FGD Akselerasi Ekspor Komoditas Pertanian, di Kantor Gubernur Sulbar, Selasa 24 Agustus.
Tujuan pelaksanaan FGD tersebut untuk mensosialisasikan, mensinergikan dan menyelaraskan program unggulan Kementerian Pertanian Gerakan Tiga Kali Lipat Ekspor (GRATIEKS) Komoditas Pertanian.
Selain itu, menyamakan persepsi terhadap langkah – langkah di dalam mewujudkan ekspor tiga kali lipat komoditas pertanian, serta mencari solusi terhadap permasalahan-permasalahan ekspor komoditas pertanian yang berasal dari Sulawesi Barat.
Dasar hukum Gratieks adalah Keputusan Menteri Pertanian No. 42 tahun 2020 tentang Gugus Tugas (Task Force) Peningkatan Investasi dan Ekspor Produk Pertanian.
Dalam aturan tersebut ada lima langkah strategis dalam mencapai Gratieks, yakni meningkatkan volume ekspor, mendorong pertumbuhan ekspor baru, menambah ragam komoditas ekspor, meningkatkan frekuensi, menambah negara mitra dagang.
Kepala Karantina Pertanian Sulbar, drh. Agus Karyono mengatakan, brdasarkan data sistem Automatisasi Badan Karantina Pertanian (Iqfast), capaian kinerja ekspor komoditas pertanian Sulawesi Barat Januari – Agustus 2021 senilai 2,56 Trilyun, meningkat 67,3 persen dibandingkan dengan periode yang sama yang hanya 1,56 Trilyun.
“Kenaikan yang signifikan ini disebabkan karena tingginya permintaan negara tujuan dan kenaikan harga. Masih didominasi oleh produk turunan sawit Crude Palm Oil (CPO). Beberapa komoditas diluar CPO adalah kopi, cangkang sawit,” sebutnya.
Ia menambahkan, terdapat tujuh negara tujuan ekspor Sulawesi Barat yaitu China, Pakistan, Korea Selatan, Rusia, Philipina, Jepang dan Bangladesh. Komoditas ekspor yang belum tercatat atas nama Sulawesi Barat antara lain Briket Batok Kelapa, Kakao, Getah Pinus, Nilam dan Sarang Burung Walet.
Tahun 2020 – 2024 Pemerintah dalam hal ini Kementerian Pertanian fokus mengembangkan komoditas Porang dan Sarang Burung Walet, karena permintaan dunia yang tinggi dan terus meningkat, untuk porang negara tujuannya adalah Jepang, Korea Selatan. Sedangkan Sarang Burung wallet ke Cina.
“Khusus sarang burung wallet, selama ini ekspornya dilakukan oleh Jawa tengah dan Jawa Timur karena di Sulbar belum ada industri pembersihan dan pemanasannya. Khusus Sarang Walet yang dikirim keluar Sulawesi Barat selama 3 (tiga) tahun terakhir tercatat 4,082 Ton,” kuncinya.
Asumsi bila di ekspor langsung dari Sulawesi Barat dengan harga minimal Per Kg Rp 30.000.000 maka akan didapat Rp 122,46 Miliar. Ini Potensi yang besar sekali untuk dapat menggerakkan ekomoni rakyat dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat Sulawesi Barat.
Ia menambahkan, karantina Pertanian Sulbar siap menfasilitasi ekspor komoditas pertanian dengan menerbitkan Phytosanitary Certificate (PC) yang merupakan persyaratan wajib dalam ekspor. PC merupakan jaminan bahwa komoditas tersebut sehat dan layak untuk di ekspor.
Kesimpulan FGD hari ini adalah seluruh stakeholder mendukung penuh upaya peningkatan dan percepatan ekspor komoditas pertanian untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat Sulbar sesuai dengan tugas dan fungsi nya masing-masing.
Rls/m4r10
Komentar