2enam,com, Mamuju : Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Sulbar bakal menggarap beberapa program kelautan dan perikanan tahun ini.
Beberapa rancangan program lain juga bakal digodok. Seperti pembudidayaan kepiting bakau di kawasan mangrove di sekitar Tampa Padang.
Kepala DKP Sulbar, Fadli Syamsuddin mengatakan, sektor tersebut sangat berfungsi. Sebab, Katakanlah satu hektar mangrove 25 persen itu kita berdayakan kepiting bakau. Bayangkan berapa hamparan sembilan ribu hektar pemulihan ekonomi yang bisa dikembangkan.
“Kemudian kalau kita bicara pesisir ada lautnya, ini yang belum tergali di sulbar adalah potensi kelautan energi arus laut. Itu kami sudah bahas kajiannya. Itu besar sekali, bisa sampai 10 sampai 100 megawat kita kembangkan di Lebani,” ungkapnya.
Selain itu, di sana arus menyempit jadi ada celah, sehingga di sana arusnya kencang. Kita belum garap itu, rencananya kita bakal bekerja sama dengan Jepang. Tapi karena covid jadi belum bisa. Sepanjang pesisir itu juga ada angin, angin potensinya besar juga. Itu belum diberdayakan.
“Sulbar kaya dalam konteks maritim. Terutama hasil tangkap ikan. Itu karena 80 persen dari arus pasifik samudera hindia itu lewat selat Makassar,” ungkapnya.
Ia menambahkan, ikan tuna di Sulbar potensinya besar. Permasalahan di Sulbar hampir semua sektor semua lemah. Provinsi ini memang baru. Kemudian programnya pun belum banyak bisa menjawab persoalan itu. Misalnya, sarana dan prasarana. Armada yang lebih besar.
“Tangkapan kita besar tapi tidak memiliki media penyimpanannya. Sehingga untuk berbisnis kita masih terbatas. Makanya kami DKP menggenjot infrastruktur itu. Pelabuhannya dan sebagainya. Tahun ini kita benahi,” ujarnya.
Menurutnya, ada tiga komoditas ikan di Sulbar, tuna, cakalang dan layang.
“Target kita perdana kita mau ekspor tuna. Kita baru skala kecil dulu. Kami berkeinginan ekspor. Di sini tidak ada pasar. Banyak hal yang mesti dibenahi. Tahun ini ada sistem informasi berapa stok ikan,” kuncinya.
M4R10
Komentar