Perlindungan Komprehensif Penting bagi Anak Hadapi Adaptasi Kebiasaan Baru

Jakarta, Nasional26 Dilihat

2enam.com, Jakarta : Perlindungan bagi anak-anak terhadap Covid-19 yang lebih komprehensif harus segera diwujudkan. Berdasarkan data Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), dari data yang dihimpun pada periode 17 Maret 2020 hingga 20 Juli 2020, jumlah kasus infeksi terkonfirmasi Covid-19 pada anak adalah sebanyak 2.712 kasus. Kesehatan fisik anak, baik melalui pemenuhan gizi anak dan imunisasi dasar, serta kesehatan mental anak merupakan hal yang perlu diperhatikan dalam menghadapi masa adaptasi kebiasaan baru masa pandemi Covid-19.

“Ada beberapa isu kesehatan anak pada masa pandemi Covid-19. Pertama, isu kesehatan fisik anak, hal ini terkait bagaimana ketahanan ekonomi keluarga yang berpengaruh pada pemenuhan gizi bagi anak. Kedua, isu kesehatan mental anak, hal ini terkait dengan penyesuaian diri anak dalam menjalani Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ). Kondisi ini dapat menyebabkan anak merasa kesepian, tertekan, dan kebingungan. Oleh karenanya, dibutuhkan pendampingan secara mental dan emosional secara langsung,” tutur Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA), Bintang Puspayoga dalam Webinar Meningkatkan Kualitas Kesehatan Anak pada Masa Adaptasi Kebiasaan Baru Pandemi Covid-19 yang diselenggarakan oleh Pita Putih Indonesia (PPI).

Berbagai upaya telah, sedang dan akan terus dilakukan Kemen PPPA, terutama untuk mengedepankan kepentingan terbaik bagi anak selama masa pandemi Covid-19 dan adaptasi kebiasaan baru. Hal tersebut diantaranya menginisiasi Gerakan Bersama Jaga Keluarga Kita (BERJARAK); menerbitkan berbagai protokol kesehatan bagi anak; melakukan pendampingan terhadap kasus Covid-19 pada anak-anak rentan; pembuatan dan penyebarluasan materi KIE yang ramah anak di berbagai media terkait isu-isu anak dan pengasuhan keluarga; pemberian paket pemenuhan kebutuhan spesifik anak; dan Layanan Psikologi Sehat Jiwa (SEJIWA).

Sebagai bagian dari rangkaian Hari Anak Nasional 2020, Menteri Bintang juga mendengarkan langsung audiensi dari perwakilan anak-anak di seluruh Indonesia, diantaranya audiensi Pandemi Covid-19 dari Mata Anak Indonesia dan proses penyusunan Suara Anak Indonesia 2020. Kemen PPPA juga memperkuat kerjasama dengan Forum Anak sebagai wadah partisipasi anak dengan berperan sebagai Pelopor dan Pelapor (2P), dan memperkuat jejaring layanan Pusat Pembelajaran Keluarga (PUSPAGA).

Senada dengan Menteri Bintang, Dokter Spesialis Anak, Damayanti Rusli mengatakan bahwa pemberian asupan makanan bergizi pada tubuh, terutama bagi anak sangat penting dalam membentuk daya tahan tubuh mereka untuk mencegah virus masuk ke dalam tubuh.

“Semua asupan makanan bergizi yang kita konsumsi akan membentuk sel-sel kekebalan tubuh. Zat yang membentuk sel kekebalan tubuh adalah protein, karbohidrat, dan lemak. Sementara itu, vitamin dan mineral berfungsi untuk mengkatalis reaksi pergantian sel-sel tubuh. Ketika kita memiliki daya tahan tubuh yang bagus, tubuh kita akan mengenali virus yang akan masuk ke dalam tubuh dan menyingkirkan virus tersebut. Tapi, jika kita mengalami malnutrisi atau gizi buruk, dan akhirnya memiliki daya tahan tubuh yang kurang bagus, maka tubuh kita tidak mengenali virus yang akan masuk ke dalam tubuh kita, sehingga virus akan masuk dan bebas berkembang biak di dalam tubuh kita,” ungkap Damayanti.

Selain pemenuhan asupan makanan bergizi, imunisasi dasar pada anak sangat penting bagi kesehatan dan keberlangsungan tumbuh kembang anak. Namun kenyatannya, berdasarkan survei Kementerian Kesehatan pada Juni 2020 hampir 80 persen pelayanan Puskesmas dalam bentuk Posyandu terhenti dalam sepekan terakhir, mayoritas alasannya adalah kekhawatiran komunitas terhadap Covid-19.

Dokter Spesialis Anak sekaligus anggota (IDAI), Ahmad Surtawan menganjurkan agar layanan imunisasi dasar tetap diberikan di Puskesmas, praktik pribadi dokter, atau rumah sakit sesuai jadwal dengan menerapkan protokol kesehatan dengan baik.

“Protokol kesehatan tersebut dapat dilakukan melalui pengaturan jadwal kedatangan agar anak tidak berkumpul terlalu lama; di wilayah dengan kasus Covid-19 tinggi, diusahakan ada petugas yang menanyakan terkait kontak dengan orang yang terpapar Covid-19; anak dijaga agar tidak berada di sekitar fasilitas kesehatan; jauhi orang yang sedang batuk; dokter atau petugas kesehatan yang berusia lebih dari 65 tahun dianjurkan tidak berhadapan langsung dengan pasien, namun tetap membantu menyebarkan informasi terkait pencegahan Covid-19 dan program imunisasi melalui media sosial atau media lainnya,” jelas Ahmad.

Sementara itu, terkait pelayanan kehamilan, persalinan, dan praktek bidan, perwakilan Ikatan Bidan Indonesia, Sri Poerwaningsih mengatakan penting bagi bidan untuk memiliki pengetahuan tentang penularan Covid-19 serta tanda bahaya dan alur pelayanan kesehatan ibu dan bayi dalam situasi pandemi Covid-19; memahami indikasi, pemakaian, melepaskan, dan membuang Alat Pelindung Diri (APD); serta memberikan edukasi kepada keluarga dan masyarakat agar mendukung ibu hamil, bersalin, dan menyusui dengan menggunakan masker, memahami etika batuk, dan menjaga kebersihan diri dan lingkungan di rumah.

(***)

Komentar