Belakangan ini, kata people power kian menggema. Diksi itu dianggap makar sebagai slogan masyarakat sipil guna menggulingkan kekuasaan. Bila benar, apakah kekuasaan dapat runtuh hanya sekadar slogan tanpa perencanaan?
Apabila despot bergaya otoriter mengemuka, menggulingkan kekuasaan satu-satunya jalan memperbaiki taraf kehidupan. Terlebih lagi jika diketahui negara diatur segelintir oligark. Akibatnya, realitas itu seolah pengaminan untuk menggencarkan Coupe de Etat alias kudeta. Betapa tidak, menunggu kekuasaan berganti melalui gelanggang demokratis butuh waktu lama. Sementara alternatif tercepat melalui kudeta.
Ilmuwan politik asal Rumania, Edward Luttwak membeberkan langkah apa saja yang harus dilakukan dan disiapkan untuk menjalankan kudeta. Terangkum dalam bukunya yang ditulisnya ketika masih bersatus mahasiswa di London School of Economics, 1968 silam. Buku itu berjudul “Kudeta” panduan taktis untuk menggencarkan kudeta.
Edwar Luttwak menilai, secara alami, kudeta akan tumbuh manakala terjadi krisis ekonomi, kronis instabilitas politi, serta masifnya pengangguran berbuntut inflasi merambah cepat.
Edward Luttwak menilai kudeta tak melulu memerlukan senjata atau kekarasan. Tetapi upaya penggulingan kekuasaan melalui infiltrasi ke dalam sendi aparatur negara yang kecil. Lalu digunakan untuk mengambil alih kendali pemerintahan secara penuh. Perspektif kudetanya berbeda dengan model revolusi klasik yang menggerakkan aksi massa untuk mengubah struktur sosial dan politis secara radikal.
Dalam karyanya, Edward Luttwak secara gamblang menyebutkan kudeta terdiri dari ragam macam. Mulai dari kudeta model pembebasan yang dilakukan dengan militer asing dan intervensi diplomasi negara lain, seperti yang terjadi di Suriah, Yaman, dan beberapa negara arab lainnya. Ada pula kudeta perang kemerdekaan dengan model penggulingan kekuasaan untuk mendirikan negara baru dan terlepas dari imperealisme, seperti Indonesia.
Selain itu, ada juga perang saudara dengan peperangan sipil antara pihak yang pro dan kontra pada kekuasaan dan gaya pronounciamento ala kudeta versi militer spanyol dengan fanatisme nasionalisme sehingga menggulingkan kekuasaan yang sah karena dianggap sudah bergeser dari garis besar haluan negara.
Strategi dan Perencanaan Kudeta
Latar belakang geografis dan historis memengaruhi strategi kudeta. Tidak semua tempat dapat menggunakan pola kudeta dengan corak yang sama. Mengkudeta bukan perkara mudah. Pemerintahan legal pasti dilindungi pertahanan negara dengan segala dukungan politisnya.
Menggunakan kudeta model revolusi klasik yang ingin merubah tatanan dengan cepat dengan menggunakan massa untuk merebut jantung pemerintahan, menguasai pusat komunikasi, dan menangkap bebarapa tokoh pemerintah tidak dianjurkan.
Pertimbangannya, tentu akan memakan banyak korban dan menumpahkan banyak darah. Jauh lebih baik jika memprogandakan kudeta dengan masif untuk menarik masrayakat untuk percaya bahwa satu-satunya jalan untuk keluar dari persoalan ekonomi-politik adalah kudeta.
Hindari kudeta yang sifatnya digalang oleh golongan tertentu, sebab itu akan menimbulkan pihak oposisi. Misal jika kudeta dilakukan kelompok PKI, maka lawan politiknya (non PKI), akan menggagalkan kudeta. Kudeta harus bersifat universal yang di mana keinginan kudeta itu menjangkau keseuruhan masyarakat tanpa terkecuali.
Menetralisasi pertahanan Negara Militer dan kepolisian. Mengatur dan menguasai fasilitas fisik seperti mengontrol penuh arus pemberitaan media massa, mengendalikan alat telekomunikasi, menguasai jalanan-jalanan di kota (menaruh tank-tank di jalan kota adalah salah satu intervensi kudeta secara psikis) dan menduduki bangunan pemerintah sebagai simbol kekuasaan dan menutup seluruh jalur transportasi, khusunya bandara (bagian terakhir ini adalah cara klasik sebuah kudeta).
Kemudian kita perlu membebaskan negara dari ketergantungan serta hubungan diplomatis negara (adikuasa) lain. Mengajak berkompromi perusahan-perusahan besar yang menguasai perekenomian negara. Ada beberapa negara yang dikontrol para konglomerat bisnis. Ada perusahan yang memiliki andil dalam menentukan kebijakan ekonomi negara. Misal General Motor yang menguasai Amerika. Jadi jika ingin mengkudeta pemerintah Amerika, tentu yang perlu dikuasai terlebih dahulu bukan ibu kota Washington sebagai pusat pemerintahan, tetapi Detroit di mana perusahaan itu berada.
Kendati tindakan kudeta bernapas progresif dan liberal, pertumpahan darah perlu dihindari. Tetapi jika peran tokoh politik dan partainya mengancam jalannya kudeta, maka mau tidak mau mereka harus ditangkap. Terlebih bagi mereka yang memiliki pengikut militan. Juga para birokrat yang menjalankan roda pemerintahan, harus diperlakukan sama jika melawan. Kudeta intinya adalah Ofensif, strategic, defensive, and taktik.
Pelaksanaan Kudeta
Melaksanakan kudeta kurang lebih sama dengan operasi militer. Kecepatan adalah persyaratan esensial. Para pelaku kudeta sedapat mungkin untuk menghindari markas, sebab itu sebagai strategi untuk memecah konsenterasi bagi mereka yang ingin mengagalkan kudeta.
Ada beberapa sasaran yang perlu dilakukan dan sarang yang perlu ditaklukkan. Isolasi paksa para loyalis keras dan menguasai gedung-gedung strategis sebagai simbol kekuasaan seperti Istana presiden, Mabes Polisi dan Militer. Juga menguasai stasiun radio. Jangan memakan waktu yang lama melaksanakan kudeta sejak perencanaan teknis sudah direncanakan, sebab informasi akan bocor dan kudeta dapat dihentikan sebelum dijalankan.
Setelah kudeta berhasil maka yang dilakukan pengkudeta adalah propaganda dan represi. Propaganda yang paling utama setelah kudeta adalah secara irasional menampilkan tokoh manusia super untuk menunjukkan keberhasilan dan masa depan menjanjikan. Kemudian represi yang bertujuan untuk menindas kegiatan politik dan pemenjaraan, mengintimidasi rakyat dengan pamer kekuatan, mengontrol arus informasi yang bersifat tunggal dan satu arah serta menghidari perdebatan umum untuk mengatur sedemikian rupa rakyat.
Hal tersebut justru akan melahirkan diktator baru mungkin selaras dengan apa yang dikatakan Edwar Luttwak bahwa dalam sejarah revolusi rakyat hampir tidak pernah berhasil menggulingkan kekuasaan. Militer-lah yang paling sering mengudeta dan berhasil, maka people power akan mustahil menggulingkan kekuasaan tanpa didukung perencanan matang ala militer (mungkin tanpa dukungan oleh tokoh militer pula).
Sudut Pandang Resentor
Kekurangan buku ini ditulis dengan tidak lengkap. Edward Luttwak sendiri mengatakan bahwa buku ini hanya cukup menjadi handbook saja. Ada beberapa wacana yang kontradiksi, seperti tidak dianjurkannya menggunakan kudeta model revolusi klasik karena akan menumpahkan banyak darah dan memancing destabilisasi, maka cukup ancaman-ancaman yang diperlukan, tetapi nyatanya strategi yang diterangkan dalam buku ini justru berlaku sebaliknya.
Contoh kasus yang diangkat juga cenderung lawas karena hanya menceritakan kudeta di masa awal pascakolonial di negara dunia ketiga. Mungkin tidak terlepas dari tahun 1968, di mana buku ini dituliskan. Padahal, banyak kudeta baru yang terjadi, seperti jatuhnya kekuasaan legal secara beruntun di negara-negara aAab dalam fenomena Arab Springs.
Dan buku ini justru mengarahkan kita untuk menggulingkan kekuasaan lama yang bergaya otoriter dan kemudian melahirkan diktator baru. Kudeta yang dijelaskan sama sekali tidak merubah tatanan ke arah demokrasi. Kita perlu menolak kudeta model itu. Kita mungkin bisa menggunakan kudeta konstitusional tanpa pertumpahan darah dan menuju era baru.
Apakah kudeta bisa dihindari? Tenang saja, caranya, tidak begitu sulit cukup dengan cinta. Sepanjang pemimpin mencintai rakyatnya maka rakyat akan mencintainya. Rakyat yang cinta dengan pemimpinnya dengan sendiri akan tidak sudi melihat pemimpinya dilengserkan secara ilegal. Seperti yang dicontohkan rakyat Turki yang menggagalkan kudeta militer Fethullah Gulen atas Presiden Ecep Tayyip Erdogan.
Karya ini merupakan hasil resensi Syafri Arifuddin Masser terhadap buku Edward Luttwak yang berjudul “Kudeta”
Komentar