2enam.com, Mamuju : Sudah sejak dahulu Indonesia adalah negara yang plural, majemuk, banyak suku, agama, ras dan golongan.
Hal itu diungkapkan oleh Direktur Bina Ideologi, Karakter dan Wawasan Kebangsaan, Kementerian Dalam Negeri, Prabawa Eka Soesanta dalam forum dialog Pelestarian Bhinneka Tunggal Ika di d’Maleo Hotel, Jumat (05/04/19).
Namun, menurut Prabawa dalam perjal anannya waktu sering kali perbedaan itu tidak menjadi kekuatan bagi anak bangsa, malahan menjadi sumber konflik.
“Inikan terjadi sama dengan penjajahan dulu, dimana kita diadu untuk berkonflik sementara kemudian banyak hal miliki kita dikuasi oleh orang lain,” ujar Prabawa.
Tidak terkecuali pada jelang hari pemungutan suara, apa yang terjadi belakangan ini, seperti banyak berseliweran hoaks, fitnah dan ujaran kebencian yang mengatasnamakan satu gologan, hal itu menganggu persatuan dan kesatuan kita.
Prabawa mengingatkan, perbedaan sudah menjadi fitrah bangsa ini, olehnya itu para pendiri bangsa mengikat perbedaan dalam satu kalimat sakti yaitu Bhinneka Tunggal Ika.
“Berbeda-beda tetapi satu, itu intinya bahwa sampai kapanpun kita pasti akan berbeda, tapi janganlah perbedaan itu menjadi alasan untuk berpecah, tapi justru perbedaan adalah satu alasan mengapa kita perlu bersatu,” paparnya.
Prabawa menambahkan, makin mendekati hari pemungutan suara, tensi politik bisa dipastikan makin panas. Peran serta tokoh masyarakat untuk selalu menjaga persaudaraan sangat diharapkan.
“Kan biasa pertandingan sepak bola mendekati hari pertandingan semakin panas, tapi kepala boleh panas tapi hati tetap dingin. Tetap bagaimana kita menyelesaikan persoalan-persoalan tetap dengan dialog, dahulukan hati nurani dan akal sehat, hikmat dan kebikjasanaan,” tutup Prabawa. (74b*)
Komentar