2enam.com, Mamuju : Sekprov Sulbar, Muhammad Idris menilai Anjungan Sulbar yang ada di Taman Mini Indonesia Indah (TMII) Jakarta, layaknya kandang ayam dan jadi rumah hantu lantaran tak terawat.
Argumen berbaut ketusan itu mencuat usai dirinya mengunjungi Anjungan Sulbar, belum lama ini. Hasilnya rumah adat yang ada Sulbar terkesan dibiarkan untuk rusak begitu saja.
Menurut Muhammad Idris, Anjungan Sulbar seharusnya menjadi representasi budaya ada yang di Sulbar. Termasuk memperkenalkan ragam budaya dan potensi daerah. Namun melihat kondisinya yang memperihatinkan, Muhammad Idris harus pesimis.
“Kemarin saya meninjau dan saya sangat prihatin melihatnya. Aset bangunnya ada, tapi tidak terawat dan bisa saja jadi rumah hantu. Kalau kondisinya seperti itu, yah jadinya tidak lebih dari kandang ayam,” ketusnya, di ruang kerjanya, Rabu 16 Januari.
Muhammad Idris mengatakan, kondisi itu mencerminkan minimnya perhatian pemerintah terhadap aset daerah. Padahal untuk membenahi anjungan tak sesulit itu. Menurutnya, Pemrov Sulbar hanya butuh tata kelola yang baik. Tak hanya dari sektor fisik, tapi fasilitas yang ada di dalam rumah adat.
Penting kata dia, sebab mencantumkan budaya sebagai representasi dari warga Sulbar. Khususnya menjadi representasi Sulbar di kanca nasional. Jika dinilai buruk, maka warga Sulbar yang akan menerima sanksi sosial.
“Ini sangat memalukan dan harus perhatikan. Saya melihat sudah ada pembiaran dari Dinas Pariwisatam kantor penghubung atau badan penghubung di Jakarta. Harus ada perubahan untuk membenahin itu,” sebutnya.
Muhammad Indris mengaku akan fokus membenahi Anjungan Sulbar. Termasuk melengkapi fasilitas dan informasi dalam rumah adat tersebut. Jika tidak, maka tak akan ada yang ingin berkunjung. Secara tidak langsung, tidak ada mamfaat alias hanya sekadar benda mati.
“Anjungan ini harus kaya informasi. Kalau kondisinya tidak mungkin ada yang berkunjung. Maka itu saya sangat konsen untuk membenahi dan memfungsikan sehingga bisa memberikan mamfaat bagi Sulbar,” pungkas Muhammad Idris.
Reporter Saharuddin Nasrun
Komentar