2enam.com : Saya pernah bertemu langsung dengan Pak Kapolda Sulbar, Brigjen Pol. Drs. H. Baharuddin Jafar. Di salah satu masjid di Kota Mamuju, Maret tahun lalu.
Saat itu saya masih bertugas sebagai anggota Timsel KPU Sulbar.
Saya mendapati Pak Kapolda membawakan pengajian di masjid sederhana di kompleks pasar sentral Mamuju. Saya sudah dengar sebelumnya bahwa tingkat kecenderungan Pak Kapolda untuk beragama cukup tinggi. Jauh di atas saya pribadi. Tidak hanya jauh, bahkan amat sangat jauh.
Hampir seluruh shalat subuhnya dilakukan di berbagai masjid, keliling secara bergantian dari masjid ke masjid. Tak mengenal masjid apapun, termasuk masjid yang dikelola Muhammadiyah di Sulbar.
Tingkat keberagamaan Pak Kapolda yang tinggi tersebut, ternyata memberi implikasi terhadap kepemimpinannya. Contohnya adalah ketika para anggota polisi yang tidak sedang bertugas langsung, begitu azan mereka akan bergegas ke masjid.
Beberapa warga Sulbar yang saya temui, merasakan hal yang sama. Mereka mencintai Kapolda yang demikian ini. Seorang pegawai KPU Sulbar pernah mengatakan kepada saya, kalau bisa beliau jangan dipindahkan dari Sulbar. Biar jadi Kapolda Sulbar selama-lamanya.
Himbauannya agar masyarakat Sulawesi Barat agar mengisi pergantian tahun dengan hal-hal yang positif, menghindari perbuatan yang hura-hura, ternyata mendapat sambutan masyarakatnya. Tentu saja masih ada yang tidak, namun jauh berkurang dibanding tahun-tahun sebelumnya.
Pembubaran pesta musik di salah satu hotel terkemuka di Sulbar ini adalah contoh lainnya. Saya tahu tidak mudah membubarkan itu. Karena pesta seperti itu biasanya dipagari dengan berbagi kekuatan. Tapi Pak Polisi hari ini kita dengar mampu menegakkan aturan.
Batalnya artis ibukota yang konon kabarnya agar melakukan konser musik di Sulbar dalam rangka pergantian tahun, saya kira ada pengaruh beliau. Saya tidak memiliki bukti fisik untuk itu. Tapi berdasarkan analisa dan dalam keyakinan saya, itu adalah bagian dari pengaruh keberagamaan Pak Kapolda.
Demikianlah seharusnya pemimpin. Mampu menularkan jiwa religiusnya terhadap amanah kepemimpinannya. Ia sadar bahwa kekuasaan yang sedang dipegang, bisa mengarahkan bawahan dan rakyatnya kepada nilai-nilai yang positif. Karena kepemimpinan pun akan dipertanggungjawabkan di hadapan Sang Khalik.***
Wassalam
Haidir Fitra Siagian
Bakung Samata Gowa 01 Januari 2019
Ba’da Subuh
Komentar