2enam.com, Pasangkayu : Gubernur Sulbar, Ali Baal Masdar didampingi oleh Bupati Pasangkayu, Agus Ambo Djiwa melakukan peninjauan lokasi banjir di dua titik, yaitu sungai Lariang dan desa Karya Bersama, Senin, 4 Juni 2018.
Ali Baal menunjukkan keprihatinan dan melihat langsung kondisi masyarakat yang terkena dampak banjir dari sungai sepanjang 746 km dan melintasi tiga provinsi tersebut, dan menghimbau untuk tidak saling menyalahkan dengan terjadinya bencana.
“Ini tugas kita semua, sudah waktunya juga pemerintah pusat memikirkan bagaimana pengerukan sungai Lariang ini sampai sejauh mungkin dari muara ke hulu agar airnya bisa tetap lancar dan mengalir seperti dulu,” tuturnya.
Mantan Bupati Polman tersebut juga menghimbau semua pihak dilingkungan provinsi dan pemerintah kabupaten untuk terus menggalakkan penghijauan lingkungan untuk melindungi lingkungan dari setiap hujan dan banjir.
“Selain menggalakkan penghijauan, yang bisa kita lakukan saat ini adalah membantu masyarakat yang sudah terkena bencana, kemudian mengalihkan akses jalan dari daerah sini ke kota, dan membuat rencana bersama balai, provinsi dan kabupaten untuk mengatasi permasalahan sungai ini secepatnya. Kita butuh dukungan masyarakat juga,” tandas Ali.
Sementara itu, dengan dampak yang luar biasa pada tiga dusun kena yang menyebabkan ekonomi rakyat terhambat dan kebun sawit yang terhalangi, Bupati Pasangkayu, Agus Ambo Djiwa sangat mengharapkan bantuan dan perhatian dari kementerian untuk mengatasi masalah sungai terpanjang di Sulawesi tersebut.
“Kita pemerintah daerah sebatas hanya bisa meminta pemerintah pusat untuk mengatasi hal ini, karena ini merupakan kewenangan balai dan pusat. Untuk itu kunjungan bapak Gubernur dan balai kali ini kita harapkan dapat membantu. Langkah pemda sendiri, kita beri dukungan bagaimana mengkomunikasikan ke Gubernur dengan balai dan kementerian dengan harapan mereka turun meninjau secara teknis dan membuat program perencanaanya seperti apa. Kita kembalikan kepada balai yang punya kewenangan untuk mengatasi,” tutur Agus.
Agus menambahkan, dampak kerugian tidak bisa dihitung dari nilai meterilnya, cukup besar karena dengan tiga dusun ada sekitar 200 atau 300 kepala keluarga, sehingga menyebabkan ekonomi yang tidak bergerak, hasil pertanian yang tidak bisa keluar dan masyarakat yang tidak bisa panen.
“Dari tiga dusun, yaitu dusun Kalindu, Kalti dan dusun Karondo semua penghasilannya berasal dari sekor pertanian, sehingga kalau tidak diatasi, masyarakat tidak bisa panen. Jadi dampaknya memang cukup besar,” tandasnya.
Di tempat yang sama, kepala Satker OP dan Balai Bencana Sungai Wilayah III, Wayan Karyana menyampaikan, pihaknya akan selalu bersinergi dalam melakukan penanganan bencana, juga telah mengambil tindakan darurat dengan melakukan pengambilan data.
“Ini tidak dikategorikan sebagai banjir, ini terjadi karena delta-delta yang ada di tengah sungai induk ini menyebabkan karakteristik sungai dengan stadia tua selalu mencari lahan-lahan terdahulunya untuk dilewati, kami sedang mengkaji dulu. Kita hanya mohon dukungan dari segenap pihak,” tandasnya. (kominfo/dila*)











Komentar