Prevelensi Penderita Kusta Cukup Tinggi, Pemda Lakukan Sosialisasi

Mamuju, Sulbar68 Dilihat

2enam.com, Mamuju :  Dinas Kesehatan Kabupaten Mamuju melakukan advokasi, sosialisasi dan pelatihan singkat dalam rangka intensifikasi penemuan kusta dan frambusia, di Marannu Hotel Golden Hotel, Sabtu (07/04/18).

Angka kasus kusta baru di Indonesia pada tahun 2016, dilaporkan 16.826 kasus dengan angka prevalensi 0,71 per 10.000 penduduk. Angka tersebut menjadikan Indonesia berada diperingkat ke-3 di dunia setelah India dan Brazil.

Sementara itu Kabupaten Mamuju termasuk 139 kabupaten yang memiliki angka prevalensi sama atau lebih besar dari 1 per 10.000 penduduk pada tiga tahun terakhir. Hal ini yang mendorong Dinkes Kabupaten Mamuju perlu melakukan kegiatan sosialisasi kepada masyarakat.

Dari data yang dimiliki oleh Dinkes Kabupaten Mamuju, angka prevalensi kusta terbanyak per 10.000 penduduk pada tahun 2017 berada di Kecamatan Sampaga dengan angka 3.8, lalu Papalang 2.9, kemudian Tapalang 1.4, Tommo’ dan Kalumpang 0.8, lalu Kalukku’ 0.7, Mamuju 0.6 dan Simboro 0.3, sementara Tapalang Barat, Bala-balakang dan Bonehau berada di angka 0,0 prevelensinya.

Wakil Bupati Kabupaten Mamuju, Irwan SP Pababari yang membuka acara tersebut mengatakan, kemungkinan besar masih ada penderita kusta yang belum terdata, mengingat kebiasaan masyarakat di Mamuju yang masih malu jika mengidap suatu penyakit dan tidak ingin diketahui.

“Jadi memang kebiasaannya masyarakat disini itu malu kalau punya penyakit begitu, jadi dibiarkan saja didalam rumah, nah ini yang mesti lebih gencar di deteksi apalagi di daerah-daerah pelosok. Jadi saya minta teman-teman pemerintah desa dan yang di puskesmas itu lebih intens lagi. Terlebih tiga kecamatan yang datanya tadi nol koma nol, itu saya belum yakin disana benar-benar tidak ada penderita kusta, jadi tolong lebih gencar lagi,” katanya.

Ia bahkan berharap kedepannya ada tim atau kelompok yang dibentuk dari unsur pemerintah desa juga tenaga kesehatan di desa yang berkolaborasi menyasar kesudut kampung untuk melihat cirri-ciri penyakit menular ini.

“Jangan sampai mereka sudah posisi cacat baru kita lakukan penanggulangan, pasti akan lebih sulit lagi.” sambungnya.

Sementara itu Kepala Dinkes Kabupaten Mamuju, dr. Hajrah As’ad menjelaskan bahwa penyakit ini merupakan penyakit menular yang dapat menyebabkan kecacatan apabila tidak ditangani.

“Hari ini adalah bagaimana kita menemukan dan mencegah, supaya dia tidak masuk ke tingkat cacat. Kalau diobati dengan tuntas dia tidak akan cacat. Kalau kita menemukan dia masih dalam bentuk bercak itu masih bisa di cegah,” tutupnya.(HmsPemkabMamuju*)

Komentar