2enam.com, Mamuju, Manakarra Local Wisdom (MLW) telah berlangsung selama tiga hari di pelataran rumah adat Mamuju yang dibuka secara resmi oleh Wakil Bupati Mamuju H. Irwan SP Pababari hingga Jumat, (14/07/2017) ia juga telah menutup acara tersebut secara resmi dengan menyerahkan hadiah perlombaan Permainan Tradisional serta pemenang Lomba Tarung Foto.
Tetapi sebelum menutup acara H. Irwan Pababari sedikit menjelaskan dua faktor penyebab punahnya kearifan lokal di masyarakat diantaranya kearifan lokal itu sendiri yang tidak sesuai dengan pola fikir maju bahkan cenderung merugikan sebut saja salah satu contoh di mamuju di era 70an pernah populer sebuah tradisi atau permainan sibinti, yakni permainan yang biasanya dimainkan kaum laki-laki dua orang atau lebih, dimana masing-masing akan saling menendang kaki lawan secara bergantian hingga salah satunya menyerah kalah karena kesakitan, tradisi ini tentu tidak baik untuk dipertahankan karena selain mengandung unsur kekerasan, permainan ini cenderung tidak bermanfaat bahkan tidak jarang memicu permusuhan, tradisi atau permainan semacam ini meski tidak lantas harus dilupakan namun hendaknya tidak perlu dimainkan lagi.
Faktor kedua punahnya sebuah kearifan lokal yakni adanya gempuran kemajuan teknologi informasi yang tidak terfilter oleh keinginan tiap generasi untuk melestarikan sebuah tradisi, kita di Mamuju tentu tidak ingin di cap sebagai generasi yang tidak mampu melestarikan kearifan lokal dan tentu pula kita semua tidak ingin jika tradisi-tradisi yang menjadikan kita berbeda dengan yang lain itu punah, Ujarnya.
Selain itu, tradisi-tradisi adat dan permainan tradisional, masih terdapat salah satu kearifan lokal yang saat ini juga mulai termarginalkan, yakni kearifan bahasa Daerah yang jelas-jelas adalah salah satu kekayaan yang menjadi identitas kita selaku orang Mamuju. Saat ini juga telah sangat jarang anak-anak kita yang tahu dan faham artikulasi bahasa daerah mamuju padahal harusnya ini menjadi kekayaan dan kebanggaan kita. Jika ini dibiarkan bahasa mamuju bisa saja menjadi penambah dari 139 bahasa daerah di indonesia yang terancam punah atau bahkan menjadi bahasa ke 16 yang telah benar-benar hilang di bumi nusantara. meski telah dilakukan langkah antisipasi dengan penerbitan kamus bahasa mamuju yang baru-baru ini kembali telah disempurnakan, namun jika tidak kita mulai dengan merubah mindset kita akan pentingnya mempertahankan dan melestarikan kearifan lokal, semua suatu saat bisa saja menjadi tinggal cerita. Tutup H. Irwan Pababari.
Ditempat yang sama, Ketua DPRD Mamuju Hj. Sitti Suraidah Suhardi juga mengingatkan bahwa cikal bakal menjadi seorang pemimpin itu dengan melestarikan budaya, khususnya permainan tradisional yang dimana melalui momen kegiatan Manakarra Lokal Wisdom kita bisa bernostalgia melupakan sejenak gaduh dunia era globalisasi, terpenting lagi dan lebih baik jika kegiatan seperti ini bisa terus dilaksanakan setiap tahun tentunya dengan bantuan dan saran dari masyarakat untu kbisa melanjutkan kegiatan seperti ini.
“Kalau bisa kegiatan seperti fotografi bisa dibuatkan wadah kepada siapapun yang eksis di dunia sosial dan menjadi tempat pemuda pemudi Daerah untuk selalu berkreatifitas dengan banyak melakukan interaksi sosial bukan hanya mengurung diri dengan getgetnya yang menimbulkan kurangnya jiwa sosial dan menjadikannya bukan cikal bakal seorang pemimpin,”Pungkasnya. (HMS. LSDH*)
Komentar