2enam.com, Polewali Mandar, Ribuan massa terlihat memenuhi tanah kosong bekas pasar
Tinambung, Polman, Selasa (17/1). Hari itu, pasangan Suhardi Duka (SDK)-Kalma Katta menggelar kampanye terbatas di lokasi bekas pasar Tinambung.
Sejumlah nama beken terlihat hadir di panggung kampanye SDK-Kalma. Ada
ketua tim pemenangan SDK-Kalma, Sukardi M Nur, ketua tim kampanye
SDK-Kalma, Suraidah Suhardi, Ketua DPRD Sulawesi Barat, A Mappangara,
serta tokoh masyarakat Polman, Nadjamuddin Ibrahim. Hadir pula
sejumlah anggota DPRD kabupaten dan provinsi, serta sejumlah nama dari
pengurus partai pengusung SDK-Kalma.
Di sana, SDK-Kalma banyak menyinggung soal perbedaan pemimpin dan penguasa. Itu ia singgung lantaran di Pemiluikada 15 Februari mendatang, hanya akan ada dua kriteria yang bakal menjadi pilihan politik masyarakat Sulawesi Barat; pemimpin dan penguasa.
“Pemimpin itu melayani, tidak kebal hukum. Kalau ia atau keluarganya
tersandung masalah hukum, maka semuanya harus diproses sebagaimana
aturan hukum. Ia harus rendah hati, berdiri sama tinggi, duduk sama rendah dengan masyarakatnya. Beda penguasa. Kalau penguasa, ia lebih banyak dilayani, suka dihormati, sulit tersentuh oleh aparat hukum. Makanya ia sering bertindang sewenang-wenang. Keluarganya pun sulit tersentuh hukum, karena ia berkuasa. Sekarang, apakah kita akan memilih seorang pemimpin atau penguasa ?,” seru SDK di hadapan ribuan massa kampanye.
SDK pun berkomitmen, jika ia dan Kalma Katta dipercaya untuk menahkodai pemerintahan di Sulawesi Barat, ia akan bertindak sebagaimana layaknya seorang pemimpin.
“Insya Allah, kalau kami dipercaya, maka kami akan menjadi seorang
pemimpin, bukan penguasa,” tegas SDK disambut riuh tepuk tangan massa.
Bupati Mamuju dua periode itu mejelaskan, pemerintahan yang ideal adalah pemerintahan yang mampu memangkas tingkat kesenjangan di masyarakat. Pemerintahan yang selalu hadir di setiap permasalahan yang masih dihadapi oleh masyarakat.
“Pemerintah itu harus mampu menciptakan keseimbangan antara masyarakat kelas atas, kelas menengah, dan masyarakat kelas bawah. Caranya,
pemerintah harus mampu menunjukkan keberpihakannya ke masyarakat kelas
bawah agar keadilan di tengah masyarakat bisa terwujud,” jelas Ketua
DPD Demokrat Sulawesi Barat itu.
“Saya dan Pak Kalma, Insya Allah kami tidak akan jadi penguasa. Kami akan jadi pemimpin di Sulbar, untuk mewujudkannya, maka langkah yang
paling penting ialah dengan memilih saya dan Pak Kalma di Pemilukada 2017 ini,” cetus SDK.
Saat berkesempatan membawakan orasi politiknya, Kalma Katta menyebut, ia dan SDK merupakan figur yang sudah terbiasa untuk memberikan solusi bagi permasalahan di tengah masyarakat. Pengalamannya menjadi Bupati Majene selama 10 Tahun adalah jaminan mutu kualitas kepemimpian yang dimiliki oleh mantan Ketua DPD Golkar Majene itu.
“Begitu juga dengan SDK. 10 tahun jadi Bupati Mamuju, saya 10 Tahun
jadi Bupati di Majene. Saya kira pengalaman itu bisa kita jadikan
pelajaran berharga bagaimana kami memimpin Sulbar ini lima tahun kedepan. Saya dan Pak SDK adalah figur yang mampu memberi solusi bagi
permasalahan yang dihadapi masyarakat. Pengalaman kami sudah cukup untuk itu,” kata Kalma.’
Di tempat yang sama, Ketua DPC Demokrat Polman, Syamsul Samad
menganggap, masyarakat yang ada di Polman dan Sulawesi Barat secara umum bakal mampu mengedepankan akal sehatnya dalam menentukan pilihan di Pemilukada 15 Februari ini.
“Kalau kita sama-sama, kita bersatu, maka kita akan kuat. Hingga akhirnya sanggup mempersembahkan kemenangan bagi SDK-Kalma. Di Polman
ini, kita semua, harusnya mampu menentukan pilihan dengan kondisi yang merdeka, tidak dalam intimidasi pihak tertentu. Mari mengabarkan
kekuatan SDK-Kalma di Polman ini ke orang lain. Kita kuat,” tegas Syamsul Samad. (MH*)
Komentar