2enam.com, Sulbar, Memaksimalkan zakat jadi salah satu jawaban yang diungkap pasangan Suhardi Duka (SDK)-Kalma Katta di debat publik putaran pertama Pasangan Calon Gubernur dan Wakil Gubernur Sulawesi Barat di Polman, kemarin. Kala itu, ke pasangan SDK-Kalma, moderator debat menanyakan langkah kongkrit yang akan diambil untuk menekan jumlah penduduk miskin.
“Kemudian yang paling penting itu dalam agama kita diajarkan untuk
membantu masyarakat kelas bawah dengan berzakat. Itu yang jelas sangat
penting. Sebab masyarakat yang terbilang mampu sudah pasti akan
membantu masyarakat miskin dengan zakat yang ia keluarkan,” kata SDK
menjawab pertanyaan moderator debat.
Ikut mengomentari jawaban SDK di atas, kalangan akademisi menganggap, apa yang diungkap oleh calon Gubernur nomor urut 1 itu sudah sangat tepat.
“Itu merupakan kebijakan yang sangat bagus yang bisa dilakukan SDK jika beliau terpilih. Saya melihat, segala kebijakan yang diambil oleh Gubernur Sulbar, ia haruslah mampu menopang pembangunan bagi kepentingan rakyatnya. Baik pelayanan publik, infrastruktur, ekonomi kerakyatan, pemberdayaan pemuda, pengingkatan kualitas SDM dan lain sebagainya,” ungkap pengamat politik dari Unismuh Makassar, Dr. Arqam Azikin, jumat (13/1).
Pemanfaatan zakat sebagai salah satu cara untuk membantu masyarakat
dengan tingkat ekonomi lemah memang sudah sejak lama diterapkan di Mamuju. Sejak beberapa tahun ini, saat masih menjabat Bupati Mamuju, SDK telah menginisiasi terbitnya Peraturan Daerah (Perda) tentang zakat tersebut.
“Program zakat itu bagus sekali. Itu untuk meningkatkan kesejahteraan
masyarakat. Makanya agama sangat menganjurkan untuk kita berzakat.
Program itu sungguh efektif menyentuh persoalan masyarakat jika program ini dijalankan dengan baik,” sebut Dr. Arif Wicaksono, akademisi dari Universitas Bosowa Makassar.
“Hanya saja program itu bukannya tanpa tantangan. Yang harus diperhatikan ialah bagaimana membangun kesadaran partisipatif dari masyarakat, bagaimana pengelolaan zakat itu, bagaimana menyalurkannya, serta siapa yang akan melakukan konsolidasi programnya,” sambung Arif.
Arif Wicaksono menjelaskan, menarik jika program tersebut bisa diwujudkan dalam upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Adanya
subsidi silang antara masyarakat kelas atas dengan masyarakat kelas bawah adalah kunci utama keberhasilan program tersebut.
“Itulah kunci utama dalam zakat. Subsidi silang. Kalau misalnya di Mamuju program ini sudah berjalan dan itu berhasil, maka secara politik akan menguntungkan Pak SDK sebagai calon Gubernur, karena sudah ada contoh. Masyarakat akan cenderung mengalami efek ikut ikutan atau bandwagon effect jika pernah merasakan manfaatnya,” jelas Arif Wicaksono.
Dari kaca mata agama, zakat secara umum memiliki makna di dua dimensi
sekaligus. Dimensi vertikal dan horizontal. Zakat merupakan ibadah
sebagai bentuk ketaatan kepada Tuhan dan sebagai kewajiban kepada
sesama manusia.
“Zakat juga sering disebut sebagai ibadah kesungguhan dalam harta.
Tingkat pentingnya zakat terlihat dari banyaknya ayat yang menyandingkan perintah zakat dengan perintah shalat,” terang Sekretaris DPW PKS Sulawesi Barat, Hajrul Malik.
Hanjrul menjelaskan, tujuan zakat adalah untuk mencapai keadilan
sosial ekonomi. Zakat merupakan transfer sederhana dari bagian dengan
ukuran tertentu harta si kaya untuk dialokasikan kepada si miskin.
“Disinilah rahasianya ekonomi Islam. Mengapa Islam sangat mendorong
perputaran uang yang cepat dari satu tangan ke tangan lainnya. Lebih jauh lagi perputaran ini harus luas tidak hanya berputar di golongan tertentu saja sesuai dengan pertintah agama dalam kitab suci-Nya,” kata Hajrul.
“SDK selama memimpin Mamuju telah memberi bukti bagaimana zakat
dimaksimalkan dan saat ini dirasakan mamfaatnya. Pengelolaan zakat
yang didasarkan pada Perda besutan SDK periode itu berhasil menjadi objek perbandingan sejumah daerah baik di Sulawesi maupun di luar Sulawesi,” pungkas Hajrul Malik. (MH*)
Komentar