40 Hektare Sawah di Desa Lara Terancam Gagal Panen

2enam.com, Mamuju Tengah , Kurang lebih 40 Hektare Sawah di Desa Lara, Kecamatan Karossa, Kabupaten Mamuju Tengah (Mateng), terancam gagal panen. Pasalnya, petani setempat yang hendak melakukan penanaman di musim tanam, terpaksa melakukan aksi mogok kerja akibat dari tindakan kontraktor proyek yang ingin melakukan penggalian irigasi, tanpa adanya musyawarah terlebih dahulu.

Merasa hal ini akan merugikan dan menghambat proses masa tanam, para petani pun protes dan beradu mulut dengan kontraktor. Balik mengancam, kontraktor pun menjadi bulan-bulanan massa.

Menurut informasi yang dihimpun wartawan, kejadian tersebut membuat pihak kepolisian Polsek Karossa, mengamankan sejumlah warga yang sempat terlibat bentrok dengan kontraktor, Kamis (27/10), kemarin.

“Awalnya masyarakat petani protes dengan adanya perbaikan irigasi persawahan, karena tidak ada musyawarah sebelumnya dengan petani dan Pemdes Lara, di tengah pengerjaan sawah yang siap tanam, tiba-tiba saja kontraktor yang akrab disapa Bapak Tomi, ingin mendatangkan alat berat untuk menggali saluran irigasi yang diperbaiki, di situlah kontraktor dan petani beradu,” ucap salah satu petani dan operator traktor, Amril.

Kepada wartawan, anggota BPD DesaLara, Hasanuddin Sabir, mengatakan proyek perbaikan saluran irigasi sepanjang 700 meter, memang bakal menghambat proses musim tanam 40 hektare sawah di Desa tersebut. Akibatnya, kini para petani dan operator traktor/dompeng melakukan aksi mogok kerja atas kejadian ini.

Hingga berita ini diturunkan, Proses mediasi tengah diupayakan oleh pemerintah Desa Lara, agar permasalahan tersebut tidak menimbulkan konflik yang bekerpanjangan.

“sementara proses perbaikan ini, Insya Allah dapat terealisasi dengan baik tanpa ada pihak yang dirugikan,” kata Hasanuddin yang juga pengurus Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI) Mateng ini.

Menanggapi hal tersebut, ketua LSM JARI MANIS, Ashari Rauf sangat menyayangkan atas kejadian ini. Ia juga berharap, proses mediasi antara kedua belah pihak dapat terlaksana, sehingga potensi konflik dapat teratasi dari kejadian ini.

“Sampai semalam, saya terus komunikasi, sebab keluarga petani dipanggil ke Polsek untuk diperiksa. Proses hukum kita hargai tetap jalan. Yang saya khawatirkan, jangan sampai gagal panen kembali terjadi, seperti Tahun lalu, akibat dan gara-gara Irigasi. Saya meminta agar aparat penegak hukum di bawah dapat memediasi dua belah pihak,” jelasnya.

Ashari menegaskan, persoalan ini juga perlu menjadi perhatian sejumlah pihak, khususnya bupati Mamuju Tengah dan DPRD Kabupaten Mamuju Tengah. Sebab diketahui juga, bahwa Desa Lara saat ini dipimpin oleh seorang caratacker.

Menurut pemuda asal Salubarana ini, jika persoalan tersebut tidak mampu diatasi oleh Pemerintah Desa, ia meminta agar bupati Mamuju Tengah mengganti pejabat caretacker.

“ini persoalan serius, jangan sampai ada keberpihakan, jika pejabat yang ada tidak mampu menyelesaikan, maka secara kelembagaan kami meminta kepada Bupati agar mengganti karateker, ini penting sebab kita ingin masyarakat tidak dirugikan. Proyek itu juga silahkan jalan sepanjang tidak menuai masalah, dan yang terpenting jangan sampai masyarakat gagal panen, sebab ini mengganggu stabilitas ekonomi Mamuju Tengah dari hasil panen padi kita,” terangnya. (AR*)

Komentar