pencalonannya. Ada yang menyebut, model ‘blusukan’ seperti itu merupakan cara cara SDK-Kalma untuk lebih mendekatkan diri kepada masyarakat.
Direktur Eksekutif Pedoman Suara Indonesia (PSI), Arif Wicaksono yang mengungkap hal tersebut. Menurutnya, untuk lebih meningkatkan lagi tingkat keterpilihan keduanya jelang Pemilukada Sulawesi Barat, SDK-Kalma memang cukup rajin untuk turun langsung menemui komunitas
“Saya melihat, apa yang dilakukan SDK-Kalma itu adalah cara mereka untuk lebih meningkatkan lagi tingkat elektabilitasnya di Pilkada nanti. Terlebih dengan melihat hasil survei beberapa lembaga survei yang menyebut, turun langsung mensosialisasikan diri adalah salah satu
cara tepat untuk semakin menguatkan kecenderungan dipilih oleh masyarakat,” jelas Arif, Selasa (18/10).
Komitmen SDK-Kalma untuk menciptakan pemerintahan yang jauh lebih friendly juga mengharuskan keduanya untuk secara langsung menyentuh setiap persoalan yang ada di masyarakat. Turun langsung menemui
masyarakat adalah salah satu cara untuk mengidentifikasi segenap
permasalahan yang dimaksud.
“Apalagi di beberapa kesempatan, Pak SDK khususnya selalu menegaskan
untuk ingin menciptakan pemerintahan yang lebih bersahabat. Saya kira,
dengan model terjun langsung ke masyarakat adalah metode yang cocok
untuk membuat kesan elitis dari para pemimpin itu bisa dibantahkan,”
sambungnya.
Kendati demikian, metode ‘blusukan’ ala SDK-Kalma di atas tidak selamanya bisa diandalkan untuk konteks masyarakat Sulawesi Barat. Di mata Arif, kondisi sosiologis masyarakat di Provinsi ke-33 ini juga wajib diperhitungkan, apakah masih pas dengan terjun langsung ke
masyarakat, atau perlu menggunakan pendekatan lain.
“Karena ada saja tipikal masyarakat di wilayah tertentu yang justru lebih senang dengan pemimpin tenang atau santai-santai saja dalam menghadapi Pilkada nanti. Ini juga yang harus dipetakan atau diperhitungkan oleh SDK-Kalma. Setidaknya, keduanya tahu di wilayah mana yang pas dengan model turun langsung ke masyarakat, dan wilayah mana yang cocoknya dengan menggunakan pendekatan lainnya,” demikian Arif Wicaksono. (MH*)
Komentar