2enam.com, Mamuju, Golkar Sulawesi Barat kembali diuji. Satu lagi kader terbaiknya
memilih mundur dari Partai ‘beringin’ itu. Adalah Andi Ibrahim Masdar yang belakangan melengkapi deretan nama kader Golkar yang sebelumnya memilih hengkang.
Kabar mundurnya Andi Ibrahim -Bupati Polman- itu mulai terdengar jauh
hari sebelum ia secara resmi mendeklarasikan diri untuk tak lagi ada
di skuad Golkar Polman. Di beberapa kesempatan, Andi Ibrahim cukup sering menebar ancaman untuk mundur dari Golkar jika Partai besutan Setya Novanto itu tak mengusung Ali Baal Masdar, pria yang juga saudara kandung Andi Ibrahim di Pemilukada Sulawesi Barat, Februari
2017 mendatang.
Benar saja, Setelah melewati dinamika politik yang terbilang cukup pelik, Golkar akhirnya dengan cukup percaya diri mengusung paket calon Gubernur dan Wakil Gubernur sendiri. Duet Salim S Mengga-Hasanuddin Mas’ud yang diusung Golkar akhirnya jadi ‘keputusan pahit’ yang harus diterima Andi Ibrahim.
Jadilah, Andi Ibrahim secara resmi memutuskan mundur dari kursi Ketua
DPD Golkar Polman. Lewat sebuah konfrensi pers di kediaman pribadinya
beberapa waktu lalu, Andi Ibrahim menyatakan angkat kaki dari Partai yang dibesarkan sekaligus membesarkannya itu.
“Kalau pengunduran dirinya sudah diumumkan di depan umum. Apalagi kalau diputuskan dalam sebuah konfrensi pers, saya menilai itu sudah sangat tegas. Itu sudah lebih dari sekedar memasukkan suratpengunduran diri,” sebut Ketua Fraksi Golkar DPRD Sulawesi Barat,
Hamzah Sunuba beberapa waktu lalu.
Andi Ibrahim yang menyebut dirinya tak lagi dibutuhkan Partai Golkar sesunggunya terjemahan lain dari kekecewaannya tatkala pencalonan
saudara kandungnya Ali Baal Masdar di Pemilukada 2017 mendatang tak didukung oleh Golkar. Salim S Mengga-Hasanuddin Mas’ud yang dipilih Golkar disebut-sebut bakal kekurangan amunisi pemenangan khususnya diPolman pasca mundurnya Andi Ibrahim dari Golkar.
“Saya kira pasti berpengaruh. Tapi keyakinan saya, pengaruhnya tidak
begitu signifikan. Golkar akan tetap jadi Partai besar. Saya masih meyakini, mesin Golkar tetap kuat untuk memenangkan Salim-Hasanuddin
di Polman. Salah satu indikatornya ialah solidnya Fraksi Golkar di DPRD Polman untuk memenangkan Salim-Hasan di Pilkada nanti,” lanjut Hamzah Sunuba dalam sebuah kesempatan.
Bicara Polman, tak bisa dilepaskan dari kedigdayaan Golkar. Partaikekaryaan itu selalu jadi yang utama dan terdepan sekaligus jawara dalam setiap momentum politik di bumi Tipalayo itu.
Terakhir, ‘kuasa’ Golkar kembali terbukti kala berhasil mendudukkan
Andi Ibrahim sebagai Bupati di Pemilukada 2013 silam. Menyusul
kemenangan Golkar di Pileg 2014 yang lalu.
Tak heran jika nuansa kuning -warna kebesaran Golkar- cukup mendominasi setiap bangunan milik pemerintah yang ada di Polman. Cukup mudah mata publik untuk melihat betapa Polman benar-benar jadi basis kekuatan Golkar khususnya di Sulawesi Barat ini.
“Partai Golkar sudah punya banyak pengalaman seperti ini. Tapi, tetap
Golkar masih bisa eksis dan itu dibuktikan dengan perolehan suara
Golkar baik tingkat nasional maupun skala Provinsi,” sebut Wakil Ketua
DPD Golkar Sulawesi Barat, Andi Muslim Fattah saat dimintai komentar
perihal mundurnya Andi Ibrahim.
Andi Ibrahim sesugguhnya memiliki potensi yang lebih dari cukup untuk
menadi seorang pemimpin bukan hanya skala Kabupaten, tapi juga jadi pemimpin di tingkat Provinsi. Kualitas dan kapabilitas yang dipunyai Andi Ibrahim adalah jaminan mutu betapa Ketua Kwartir Daerah Gerakan Pramuka itu mampu melangkahkan kakinya lebih jauh lagi di dunia politik.
Pertanyaan selanjutnya; Sesungguhnya, siapa yang ada di pihak untung dan siapa yang dirugikan pasca mundurnya dari Andi Ibrahim itu ?.
Yang paling mudah untuk dianalisis ialah bagaimana Ali Baal Masdar(ABM) yang di Pemilukada nanti berpaket dengan Enny Anggraeni Anwar secara otomatis mendapatkan amunisi baru. Mundurnya Andi Ibrahim dari Golkar tentu jadi berkah tersendiri bagi suksesi ABM-Enny.
Bukankah sejak awal Andi Ibrahim telah dengan tegas menyatakan dukungannya pada pencalonan ABM ?.
“Dengan mundurnya Andi Ibrahim dari kepengurusan Golkar tentu sudah
bisa dijadikan alasan bagi Andi Ibrahim untuk bisa all out memenangkan suksesi ABM di Pilgub. Tentu, dalam konteks Pilgub, mundurnya Andi Ibrahim menjadi berkah tersendiri bagi pencalonan ABM-Enny,” sebut Direktur Eksekutif Indkes Politik Indonesia (IPI), Suwadi Idris.
Meski begitu, pilihan mundur dari Golkar (untuk memuluskan langkah untuk all out bersama ABM-Enny) juga meninggalkan sisi buntung bagi karir politik Andi Ibrahim sendiri. Pilihan meninggalkan Golkar sama halnya dengan turun dari kendaraan politik mewah nan kuat untuk pemilukada Polman 2018 nanti.
Hanya ada selisih satu tahun antara Pemilukada Sulawesi Barat dengan gelaran Pemilukada Polman. Dengan kata lain, hasil di Pemilukada Sulawesi Barat sedikit banyaknya akan mempengaruhi kontestasi politik di Pemilukada Polman.
Andi Ibrahim Masdar tentu masih menyimpan keinginan untuk melengkapi
10 Tahun kepemimpinannya di Polman sebagai seorang Bupati. Jika tak lagi di Golkar, pertayaannya kemudian, mesin politik apalagi yang akan digunakan Andi Ibrahim di Pemilukada Polman nantinya ?.
Tak bisa dipungkiri, mundurnya Andi Ibrahim bisa berefek pada kondisi dimana ia dan kekuatan Golkar dengan loyalis-loyalisnya di Polman akan saling berhadap-hadapan di Pemilukada Polman.
“Kondisi itu bisa saja terjadi. Bagaimanapun di Polman itu ada banyak
loyalis-loyalis Golkar yang tentunya akan saling berhadapan dengan Andi Ibrahim di Pilkada Polman. Jika kondisinya seperti itu, maka tidak ada pilihan lain bagi Andi Ibrahim untuk kembali merajutkomunikasi politik dengan berbagai kekuatan lainnya khususnya dalam mempersiapkan diri menuju Pilkada,” sebut Suwadi.
Bicara kepentingan politik jangka panjang dari Andi Ibrahim, cukup
jelas untuk menyimpulkan bahwa mundur dari Golkar hanya akan merugikan karir politik Andi Ibrahim. Betapa tidak, ia harus kembali membangun komunikasi politik dengan beberapa kekuatan politik di luarGolkar yang ada di Polman. Eenergi, serta cost politik adalah sebuah kemestian yang wajib dikorbankan oleh sosok Andi Ibrahim untuk merajut
kembali simpul-simpul politiknya di Polman.
“Dalam konteks ini, tentu yang dirugikan adalah Andi Ibrahim. Ia akan saling berhadapan dengan besarnya kekuatan Golkar di Polman, belum lagi kekuatan dari Partai mapan lainnya seperti Demokrat dan beberapa Partai lainnya di Pilkada Polman,” sebutnya.
Sebagai sebuah seni, politik memang bukan hal yang bisa diprediksi. Hitung-hituangannya punya rumus tak baku tersendiri. Soal untung rugi
pasca mundurnya Andi Ibrahim Masdar dari Golkar memang punya kecenderungan tersendiri.
Namun, seiring berjalannya proses dan waktu, bukan hal yang mustahil jika deal-deal antar simpul kekuatan politik yang ada justru memunculkan fakta lain. Kita tunggu saja, apakah Andi Ibrahim
benar-benar telah habis, atau justru tampil kian cemerlang di kancah
politik Polman dan Sulawesi Barat di masa mendatang. (MH*)
Komentar