Oleh: Maenunis Amin (Direktur Logos Research ‘n Consulting)
Minimnya figur yang tampil berkompetisi dalam Pilkada serentak 2015, mulai menggoda pertanyaan publik. Apakah Golkar sudah kehilangan daya tarik politiknya? Lantas kemanakah para kader yang selalu menjadi juru kunci pada setiap even politik? Sudah hilangkah elan vital Golkar sebagai partai dengan dominasinya sebagai partai penguasa di Sulbar?
Memasuki tahapan penjaringan Cagub-Cawagub, perburuan sejumlah figur mendapatkan Golkar beserta kader terbaiknya mulai gencar. Publik terutama mulai memperbincangkan Ali Baal Masdar (ABM) dan Salim Mengga untuk berpaket dengan sejumlah figur Golkar, termasuk H4 dan Enny Anggraeny Anwar.
Bagaimana dengan paket SDK-Kalma yang telah terpublish sebagai pasangan paten usungan Demokrat? Dimana Andi Ibrahim Masdar (AIM), Hamzah Hapati, Yaumil akan memposisikan diri?
Untuk menguji variabel komposisional Golkar, poin-poin berikut setidaknya akan menjadi uji testimoni arah potensial Golkar di 2017.
Manuver Bola Salju Anwar Adnan Saleh (AAS).
Seakan ingin menguji kekuatan, AAS mulai memainkan manuver bola salju. Mendorong istrinya, Enny Anggraeny, sebagai calon gubernur. Langkah ini dilengkapi dengan merebut kursi ketua DPW PAN Sulbar untuk diketuai oleh Raditya Ardimas, putranya. Konflik internal berkepanjangan DPP Golkar, agaknya tidak menyulitkan AAS untuk mengkonsolidasikan DPD Sulbar. Setidaknya, riak isu belum kunjung memunculkan resistensi dari AIM, H4, Yaumil ataupun lainnya.
Angraeny melenggang, bermanuver secara terbuka menggoda ABM, Salim dan Aras. Ketiganya menjadi muara yang dipastikan akan menjadi titik balik koalisi jelang tahapan pendaftaran KPU. Paket Angraeny-ABM, akan membuka ruang koalisi lebih luas. Meski tidak menggunakan Golkar, akan tetapi, Gerindra-PAN sudah cukup memenuhi kuota persyaratan kursi.
Nasdem secara potensial, akan lebih memilih komposisi ini sebagai koalisi dukungannya. Komposisi ini sekaligus akan mengunci dukungan full AIM ke Anggraeni. AIM tidak akan lagi terbebani dualisme dukungan antara hubungan emosional dengan ABM dengan loyalitasnya terhadap Golkar.
Selain ABM, Anggraeny akan mendapat suplay kekuatan besar jika berpasangan dengan Salim. Salim potensial mengunci paket hanya tiga pasangan, jika hal ini terjadi, maka komposisi pilkada akan menjadi koalisi partai yang berimbang.
Aras Tammauni menjadi tokoh populer lainnya untuk mendampingi Anggraeni. Meski terikat struktural, akan tetapi, Bupati Mateng tersebut jauh lebih dinamis untuk dapat diintervensi oleh Demokrat. Aras sekaligus akan mengubah peta kekuatan Demokrat, meski hanya mendukung full Anggraeni ketika berpaket dengan kandidat selainnya.
Tantangan Demokrat
Secara meyakinkan, langkah SDK semakin percaya diri melangkah ke pilgub 2017. Konfidensi ketua DPD Demokrat Sulbar ini ditunjukkan dalam pendaftaran penjaringan kandidat di DPD Golkar Sulbar. Tidak tanggung-tanggung, cagub tunggal partai Demokrat versi rakerda ini, meyakini 90% akan mampu mengendarai Demokrat.
Menarik menjadi analisis, sebab Golkar tiba-tiba menjadi bola panas para tokoh sentra Demokrat. Paket H4-Sutinah digelindingkan bak bola salju. Tak berselang sepekan, setelah Aras Tammauni menyatakan dukungan kepada Anggraeny Anwar, giliran SDK memastikan diri mampu mengendarai eks partai yang mengantarnya menduduki kursi ketua DPRD dan Bupati Mamuju.
Dukungan Aras kepada Anggraeny menjadi salah satu tantangan konflik isu bagi Golkar. Dukungan ini melahirkan asumsi bahwa Aras telah keluar dari gerbong SDK. Ini sekaligus akan mempersempit ruang serta melemahkan kekuatan SDK di Mateng. SDK dipastikan akan kesulitan mendapatkan dukungan masyarakat Mateng yang masih menjadi wilayah dominasi politik Aras.
Golkar Versus Demokrat
Perseteruan Golkar dengan Demokrat layaknya benang kusut. Keduanya menjadi partai yang tidak hanya memiliki sejarah rivalisasi kelembagaan, tapi sekaligus perseteruan tokoh sentra partai. Gesekan sesama kader internal menjadi motivasi SDK memilih hengkan ke Demokrat. Satu persatu, Demokrat mulai mengamputasi basis strategis Golkar di Mamuju. Suraidah mengambil alih kursi ketua DPRD Mamuju dari Sugianto, sedangkan H4 tersisih oleh Aras.
SDK terus merengsek, Demokrat mempecundangi Golkar, telak 2-0 di Pilkada Mamuju dan Mateng. SDK menjadi kekuatan yang berhasil menggunting kader-kader Golkar dari posisi-posisi strategis.
Jalan Menuju Pilgub Sulbar
SDK melaju tak tertahan. Setelah menawarkan rujuk politik kepada H4 di Pilwali Mamuju, giliran Golkar mulai digoda. Perburuan Golkar oleh SDK layaknya sebagai “back home” politik.
Sebagai mantan kader, SDK memahami betul dinamika internal Golkar, termasuk pengurus internal partai beringin Sulbar Sulbar tersebut.
Manuver SDK memasuki kembali zona merah Golkar, akan melahirkan varian potensi. Golkar akan mengalami konflik internal jika mengaminkan SDK mengendarai Golkar. Di sisi lain, SDK bisa menjadikan Kalma Katta sebagai tameng resistensi H4, AIM bahkan AAS sekaligus.
Kehadiran Demokrat dipenjaringan Golkar mungkin kelihatan sederhana, akan tetapi menyimpan aliran deras bagi Golkar ketitik konflik.
Setelah ditinggalkan dan dipecundangi di pileg dan Pilkada 2015, akankah Golkar segera akan mengibarkan bendera putih, lalu menyerah kepada dominasi Demokrat? Kita tunggu saja, apakah beringin tua Sulbar memang sudah rapuh, atau tetap kokoh di 2017 mendatang.
(is)
Komentar