Sebagian Nelayan, perahu diibaratkan sebagai anak. Dari kecintaan kepada anak-anak muncullah ide untuk mengembangkan dunia baca bagi anak-anak di wilayah yang ada di Sulawesi Barat, utamanya daerah Kabupaten Polewali Mandar.
Maka lahirlah inisiatif untuk membuat sebuah perahu diberi nama Perahu Pustaka Pattingalloang yang diluncurkan untuk menyediakan buku bacaan bagi anak-anak di pulau-pulau kecil di Teluk Makassar.
Salah satu inisiator Perahu Pustaka adalah Muhammad Ridwan Alimuddin, 36, mengatakan ide ini diawali dari percakapan di Twitter bersama Nirwan Ahmad Arsuka pada April lalu.
“Dari situlah, saya cari informasi mengenai perahu apa yang cocok untuk dibuat perpustakaan. Saya lalu memutuskan untuk membuat perahu ba’go,” ujarnya yang telah melakukan riset kemaritiman tradisional selama 17 tahun.
Ide ini terlaksana berkat bantuan donatur untuk mencerdaskan anak bangsa yang masih minim pengetahuan tentang dunia baca. Maka lahirlah Perahu Pustaka yang menyediakan berbagai jenis buku untuk dibaca bagi anak-anak.
Dengan bantuan para donator, Ridwan dan para nelayan di Polewali Mandar berhasil membuat perahu dan melakukan ujicoba dalam beberapa hari terakhir.
“Jenis perahu ini kalau masuk sungai lebih aman, lambung lebar dan tidak khawatir kandas. Beda dengan perahu sekarang yang butuh kecepatan dan ramping.” ucap Ridwan yang juga menerbitkan beberapa buku Karangan sendiri.
Bagi para nelayan Mandar, perahu ibarat anak dan mengikuti proses pembuatannya merupakan pengalaman yang luar biasa bagi Ridwan.
Untuk membuat perahu, tak sembarang waktu dan perlu ketelitian. Tak hanya itu, bahan pembuatan perahu pun tak sembarangan.
“Tidak sembarang waktunya untuk kerja perahu, ada hitungan. Saya cari kayu jenis Tipuluh di hutan, setelah ditebang, tunggu kering, kemudian mulai upacara untuk membuat perahu,” cerita Ridwan.
Dia mengakui bahwa program Perahupustaka barulah dalam tahap awal dan biaya operasional akan menjadi tantangan ke depan.
Perahu Pustaka akan melakukan uji coba dalam beberapa hari ke depan. Namun dia mengaku percaya diri dan bertekad untuk mundur dari pekerjaannya sebagai jurnalis.
“Memang agak susah untuk menjadikan ini sebagai sumber ekonomi. Tetapi saya sudah lama mempelajari cara hidup nelayan-nelayan Mandar, mereka bisa hidup (dengan perahu) kenapa saya tidak?” Tekatnya.
Menurut salah satu donatur perahu pustaka, ia mengatakan Perahu Pustaka diharapkan dapat melakukan uji coba dalam beberapa hari ke depan untuk melakukan evaluasi.Yang diperlukan dalam gerakan literasi ini adalah mitra lokal.
“Setahu saya ini pertama kali di Indonesia, jadi butuh melihat di lapangan seperti apa. Tapi perkiraan akan muat sekitar 5.000 buku dan diutamakan buku anak-anak.” Kata Nirwan Arsuka.
Menurut Nirwan, memang mustahil satu atau dua perahu bisa menjangkau banyaknya pulau-pulau kecil di Indonesia.Namun yang diperlukan dalam gerakan-gerakan literasi ini adalah mitra lokal untuk mewujudkannya.
“Karena tanpa mereka gagasan hanya menjadi gagasan. Saya bukan satu-satunya yang punya ide ini. Pertemuan dengan kawan-kawan akhirnya bisa mewujudkan program yang bisa diberikan bagi masyarakat,” katanya. (*)
Komentar