Pengabdian Babinsa Mengajar Anak Putus Sekolah di Pegunungan Polman

2enam.com, Polman : Puluhan anak pedalaman di Dusun Bombang, Desa Patambanua, Kecamatan Bulo, Kabupaten Polewali Mandar putus sekolah karena tidak ada tenaga pengajar di daerah pengunungan itu.

Melihat kondisi itu, anggota TNI yang bertugas sebagai Babinsa Koramil 1402-02/Wonomulyo, Koptu Kaharuddin menyempatkan mengajar anak-anak setiap ke wilayah binaannya.

Sekitar 40 orang anak dari 50 kepala keluarga di dusun ini buta hurup tidak tau baca tulis, karena sejak 5 tahun terakhir tidak ada aktifitas belajar mengajar di sekolah yang berada di daerah itu.

Padahal sekolah di dusun terdapat dua ruangan kelas yang hanya beralaskan tanah, tanpa meja dan kursi, sejak 5 tahun lalu tidak ada guru yang mengajar sehingga anak anak di dusun itu tidak sekolah.

“Anak-anak di dusun ini tidak ada yang sekolah, kegiatan mereka yang sudah berumur 12 tahun keatas sudah ikut kerja diladang bersama orang tua mereka,” terang Kaharuddin.

Setiap ke wilayah ini biasanya saya hanya mendapati anak-anak yang masih kecil, karena yang besar sudah berangkat bersama orang tuanya bekerja di kebun.

Karena lokasinya cukup jauh dan jalan kurang bagus, jadi Kaharuddin biasanya menempuh perjalanan 3 sampai 4 jam, baru bisa tiba di dusun ini menggunakan sepeda motor.

Selain itu, Babinsa mengatakan, bahwa Dandim 1402/Polmas, Letkol Arh Dedi Setia Arianto selalu menyampaikan bahwa Tugas pokok TNI adalah menegakkan kedaulatan negara, mempertahankan keutuhan wilayah NKRI.

Namun, pengabdian TNI bukan hanya dalam bentuk operasi militer saja, tetapi sebagai aparat teritorial harus mampu menjadi guru, mengajar kepada masyarakat terutama di pelosok.

“Tujuan kami yaitu supaya anak – anak di Dusun Bombang ini bisa mendapatkan pendidikan layaknya anak-anak sekolah ditempat lain. Walaupun fasilitas dan tenaga pengajar tidak ada,” jelasnya.

Sementara itu Kepala Dusun, Bombang Masril mengatakan bahwa sekitar 40 orang anak-anak di desa ini tidak tau baca tulis, karena tidak ada yang sekolah.

“Dulu pernah ada guru yang datang mengajar terkadang 2 kali sebulan dan sejak 5 tahun terakhir gurunya sudah tidak pernah datang,” ungkapnya.

Sekarang hanya bapak Pembina desa yang mengajar anak-anak yang blum berangkat ke ladang, karena anak-anak yang lain masih pagi-pagi sudah berangkat ke ladang dan kembali sore hari.

“Warga juga juga tidak ada yang punya kemampuan untuk mengajar karena rata-rata warga tidak sekolah bahkan tidak tau baca tulis tidak bisa berbahasa indonesia,” pungkasnya. (zik/74b*)

Komentar