Bhinneka Tunggal Ika dan Toleransi Beragama Ada di Gereja Katolik Santa Maria, Ini Buktinya

Mamuju, Sulbar132 views

2enam.com, Mamuju : Enam agama menyatu dalam peringatan Serikat Kepausan Anak-anak dan Remaja Misioner (Sekami) Se-dunia ke-176 di Gereja Katolik Santai Maria, Minggu 13 Januari.

Mereka hadir dalam pentas seni lintas agama. Anak-anak yang beragama Hindu, Budha, Islam, Katolik, Kristen Protestan dan Kong Hu Cu, menampilkan pentas seni dan kebudayaan berdasarkan agama masing-masing. Di antaranya tari-tarian, paduan suara, kalinda’da, marawis dan kegiatan keagamaan lain.

Tak hanya itu, momentum berkumpulnya anak lintas agama itu dijadikan momentum penting dalam mengimplementasikan toleransi beragama, sesuai amanah semboyang Bhinneka Tunggal Ika. Terlihat dari rangkaian acara, masing-masing anak, diminta mencari teman dari agama lain dan menjalani keakraban. Bahkan diwajibkan mengetahui nama, alamat dan agama.

Koordinator acara, Kartini mengungkapkan, Indonesia kaya akan budaya, adat istiadat dan agama. Anak-anak harus diperlihatkan keanekaragaman itu untuk menanamkan sikap tolerasi dalam mewujudkan persatuan.

“Anak-anak kita saat ini adalah wajah Indonesia di masa yang akan datang. Itulah mengapa sejak dini, mereka harus dibimbing dan dibina agar mengimpelementasikan nilai toleransi,” ujar Kartini, Senin 14 Januari.

Menurut Kartini, kegiatan serupa pernah dilakukan. Namun hanya mengundang agama Kristen Protestan. Inisiatif untuk mengundang seluruh agama merupakan wujud kecintaan ummat Gereja Katolik Santa Maria terhadap Indonesia dan sesama umat manusia.

“Tahun lalu kegiatan ini juga kami laksanakan. Tapi baru kali ini mengundang seluruh agama yang diakui negara,” sebutnya.

Anggota Komisi II DPRD Mamuju, Febrianto Wijaya mengapresiasi kegiatan itu. Menurutnya momentum kebersaaan itu membuktikan bahwa berbeda agama bukan alasan membentuk sekat. Sebaliknya, perbedaan itu menjadikan antar agama makin kuat.

“Ini penting untuk daerah dan negara. Meskipun berbeda negara, kita tetap satu dalam naungan NKRI,” tandas Febrianto. (54h*)

Komentar